Jakarta (ANTARA News) - Anggota MPR RI Toni Wardoyo menilai gotong royong sebagai jati diri bangsa Indonesia di mana masyarakat sudah melakukan gotong royong sejak dahulu sampai kemudian nilai ini  dituangkan dalam Pancasila.

"Sikap gotong royong juga mencerminkan keimanan, ketaqwaan dan menjadikan masyarakat saling menghargai antara satu dengan yang lain sesuai dengan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa yang memberikan kebebasan kepada umat beragama menurut kepercayaan masing-masing, di samping dalam berbangsa tetap mencerminkan sikap mendukung dan saling menghormati," kata Toni dalam keterangannya, Sabtu, usai sosialisasi 4 pilar kebangsaan di Jayapura.

Toleransi dan semangat gotong royong yang tertanam pada Pancasila mulai pudar seiring arus globalisasi.

Masyarakat, kata dia, khususnya generasi muda, semakin angkuh membanggakan budaya asing ketimbang budaya negeri sendiri yang lekat dengan kearifan lokal. Mereka juga semakin hedonis dan tidak perduli pada satu sama lain, sambung dia.

"Saat ini generasi muda kita mulai lupa dengan jati diri bangsanya. Mereka lebih fasih dan lebih familiar dengan budaya asing. Westernisasi atau gaya kebarat-baratan kini semakin merasuki kebudayaan Indonesia," kata dia.

Politisi asal Papua itu menyambung, "Masyarakat Indonesia seakan melupakan warisan kebudayaan nenek moyang. Berbicara dengan bahasa asing lebih terlihat bagus, bergaya pakaian ala barat terlihat lebih funky, bahkan untuk kriteria cantik maupun tampan seseorang, kini lebih mengarah kepada seseorang yang memiliki darah campuran luar."

"Oleh karena itu jati diri bangsa Indonesia perlu ditingkatkan untuk mengembalikan kebudayaan Indonesia dengan mengedepankan empat pilar kebangsaan yakni Pancasila, UUD 45, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika," demikian anggota MPR RI dari Fraksi PDIP itu. 

Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2015