Semarang (ANTARA News) - Kalangan masyarakat meminta jajaran polisi lalu lintas di Semarang agar menertibkan mobil maupun sepeda motor yang memasang klakson mirip suara binatang, karena dapat membahayakan pemakai jalan. "Klakson suara binatang yang dipasang di mobil maupun sepeda motor jika dibunyikan sering mengagetkan pemakai jalan, sehingga perlu ditertibkan," kata Purnomo Aji (45), pegawai swasta, di Semarang, Minggu. Menurut dia, tidak sedikit pemakai jalan merasa kaget, bahkan ada yang terjatuh/mengalami kecelakaan ketika pengemudi mobil dan sepeda motor membunyikan klakson bersuara binatang seperti anjing, kuda, kucing, dan sapi. Jika jajaran polisi lalu lintas tak menertibkan penggunaan klakson bersuara mirip binatang, bukan tak mungkin pemilik mobil maupun sepeda motor akan bertambah marak memakai klakson bersuara binatang yang tak standar itu. "Dampaknya bukan tak mungkin korban akan berjatuhan di jalan, karena pemakai jalan kaget mendengar suara klakson mirip binatang. Hal ini merupakan masalah serius yang perlu dicermati polisi lalu lintas," katanya. Operasi rutin yang dilakukan polisi lalu lintas sebaiknya jangan hanya menyangkut masalah kelengkapan surat-surat (STNK maupun SIM) kendaraan, namun juga masalah klakson mirip suara binatang yang kini digemari kawula muda, kata Ny. Mumpuni Indah Sari (51), ibu rumah tangga di Semarang. "Kita minta operasi jangan hanya di jalan-jalan, kalau bisa sasarannya ke sekolah, bengkel motor, klub otomotif, toko onderdil kendaraan bermotor, dan toko yang menjual aksesori kendaraan bermotor yang menjual klakson mirip suara binatang," katanya. Klakson mirip suara binatang yang disenangi kawula muda ini memang banyak dijual di toko-toko onderdil, bengkel, dan toko aksesori di Semarang, padahal harganya relatif cukup mahal, yakni berkisar antara Rp50 ribu hingga Rp100 ribu per klakson. "Memakai klakson bersuara mirip binatang sebenarnya hanya untuk gagah-gagahan saja, karena jika dibunyikan membuat orang lain kaget sementara kita bisa terhibur. Namun tak jarang malah kena umpatan dari pemakai jalan," kata Sentot Suprapto (20), mahasiswa perguruan tinggi swasta (PTS) di Semarang. Namun, kini dia tak lagi memasang klakson bersuara mirip binatang di sepeda motornya, karena sering terkena operasi polisi lalu lintas dan umpatan pemakai jalan. "Lebih baik memasang klakson standar daripada urusan dengan polisi dan kena umpatan pemakai jalan," katanya. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007