Jakarta (ANTARA News) - Jenderal (TNI) Gatot Nurmantyo menemui Presiden Joko Widodo (Jokowi) setelah DPR menyetujui dia menjadi Panglima TNI.

Presiden sebelumnya telah mengirimkan surat kepada DPR dan menugaskan dia mengikuti uji kelayakan dan kepatutan sebagai calon panglima TNI.

"Kemudian pada Rabu kemarin, saya sudah melaksanakan dengan Komisi I DPR, sudah selesai. Kemudian hari ini Paripurna DPR setuju," kata Gatot di Komplek Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat.

Dalam pertemuannya dengan Presiden, Gatot akan melaporkan bahwa dia telah melaksanakan seluruh tugas yang diperintahkan.

Dia mengaku belum tahu kapan akan dilantik menjadi Panglima TNI. Setelah menjadi Panglima dia akan melakukan konsolidasi.

"Segera melaksanakan konsolidasi, mengevaluasi apa yang sudah ada, dan melanjutkan apa yang sudah dilaksanakan Panglima terdahulu dengan evaluasi itu," katanya.

Soal Wakil Panglima, Gatot mengatakan bahwa Panglima TNI sebelumnya, Jenderal (TNI) Moeldoko, telah mengajukan usul ke Staf Kepresidenan namun sampai saat ini belum diputuskan.

Yang jelas, menurut dia, Wakil Panglima TNI yang baru bukan berasal dari lingkungan TNI Angkatan Darat.

"Masa Panglima dari Darat, wakil dari Darat juga. Ya kan enggak dong," katanya.

Terkait jatuhnya pesawat Hercules, Gatot mengaku mendapatkan banyak pertanyaan soal modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista), termasuk saat di DPR.

Menurut dia, pesawat dan alutsista TNI harus baru dan tidak boleh ada yang berasal dari hibah bekas.

Ia juga mengatakan industri pertahanan lokal perlu dilibatkan dalam pengadaan alutsista agar kelak Indonesia tidak lagi terlalu tergantung pada luar negeri.

Pewarta: Hanni Sofia Soepardi
Editor: Maryati
COPYRIGHT © ANTARA 2015