Tangerang (ANTARA News) - PDAM Tirta Benteng Kota Tangerang, Banten, menerjunkan eskavator untuk mengeruk sedimentasi lumpur terkait penurunan debit air di Sungai Cisadane secara drastis.

"Pengerukan dimaksudkan untuk mengantisipasi jika musim kemarau terus berkepanjangan," kata Direktur Utama PDAM Tirta Benteng, Suyanto di Tangerang, Kamis,

Meski adanya penurunan debit air di Sungai Cisadane tetapi proses produksi air di PDAM Tirta Benteng masih tetap berjalan yakni 360 liter per detik.

"Kita sudah siapkan langkah preventif untuk mengantisipasi kekeringan berkepanjangan agar pasokan air ke warga tetap normal," paparnya.

Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah mengatakan sedimentasi di Sungai Cisadane saat ini sudah sangat parah dan perlu normalisasi secepatnya.

Pemerintah pusat diharapkan dapat segera merealisasikannya karena air Sungai Cisadane merupakan pasokan air baku bagi warga Tangerang.

Dengan kondisi yang seperti saat ini, membuat sejumlah daerah kekeringan terutama di Kabupaten Tangerang. Begitu pula persawahan warga yang tak dapat pasokan air.

Sedangkan di Kota Tangerang, akan menganggu pasokan air dari PDAM Tirta Benteng ke warga apalagi di bulan Ramadan.

"Jangan sampai, warga mengalami kesulitan mendapatkan air. Maka itu, bila sudah di normalisasi akan memiliki pasokan air lebih banyak," ujarnya.

Kepala Bendung Pintu Air 10, Sumarto ketinggian normal debit air yakni 12.40 meter. Saat ini ketinggian air hanya berkisar 11,10 meter.

Penurunan debit air di Sungai Cisadane telah terjadi selama dua minggu dan membuat air tak dapat teralirkan ke sejumlah daerah di wilayah Tangerang.

Maka itu, pihaknya membuka dua pintu di wilayah Barat dan Timur agar air bisa mengalir ke wilayah Kabupaten.

Hanya saja, karena kekeringan sudah tergolong kritis, maka air pun tak bisa mengalir dari kedua pintu tersebut.

Oleh sebab itu, 10 pintu bendungan ditutup secara keseluruhan agar bisa menjaga persediaan air di Sungai Cisadane.

Pewarta: Achmad Irfan
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2015