Bandarlampung (ANTARA News) - Rombongan Komisi IV DPR RI melanjutkan kunjungan kerja di Provinsi Lampung dengan menyambangi Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) di Hanura, Kabupaten Pesawaran.

"Kunjungan kami guna melihat budidaya ikan kerapu di Lampung dan kendala yang dihadapi nelayan," kata anggota Komisi IV DPR RI Siti Hediati Soeharto (Titiek Soeharto), di Hanura, Jumat.

Ia, dalam kesempatan tersebut, juga menyampaikan apresiasi karena Indonesia, khususnya Provinsi Lampung, telah mampu membudidayakan kerapu.

"Saya berharap agar budidaya kerapu dapat dikembangkan di seluruh Indonesia. Pemerintah hendaknya lebih banyak lagi membangun balai pembibitan untuk melestarikan laut Indonesia," ujarnya.

Di sisi lain, Titiek Soeharto, menerangkan bahwa potensi pariwisata di daerah ini cukup menjanjikan, namun demikian tidak boleh mengganggu aktivitas para nelayan.

"Hal ini bisa didiskusikan dengan pihak pariwisata. Soal kaplingan tanah juga nanti bisa diatur. Karena dengan adanya pariwisata kegiatan ekonomi juga akan lebih berkembang," tambahnya.

Ia, dalam kesempatan itu, juga berjanji untuk segera mempercepat permohonan nelayan untuk membangun keramba.

Arifin, nelayan Pesawaran yang membudidayakan kerang, menyambut baik kunjungan Komisi IV beserta rombongan Pemprov Lampung.

Mereka memohon agar Dinas Kelautan Pesawaran membantu permohonan dana untuk pengembangan keramba.

Ketua Kelompok Nelayan Ringgung, Pesawaran, Asril menyoroti masalah pariwisata karena dinilai membatasi kegiatan nelayan antara lain tidak diperbolehkannya untuk membuat kapal di pinggir pantai.

Nelayan berharap kegiatan pariwisata dan perikanan dapat berjalan seiring. Salah satu wujudnya yaitu kawasan yang masih tersisa di pantai dapat dijadikan galangan kapal dan parkir mobil pada saat panen.

Beberapa tahun lalu, ikan kerapu merupakan produk unggulan dari Lampung. Tapi sekarang tinggal nama karena banyak kendala, terutama di pasar. Kendala yang dihadapi nelayan meliputi keterbatasan angkutan dan pengepul.

Ia menjelaskan, dahulu harga ikan kerapu pernah mencapai 50 dolar Amerika Serikat per kilogram. Namun karena sudah tidak berpotensi maka para nelayan mencari komoditas terbaru seperti kakap putih dan kerapu macan tapi masih dalam tahap uji coba.

Sementara itu Kepala Balai Benih Budidaya Perikanan Hanura, Tatie Sriparianti meminta bantuan kepada DPR RI untuk memperluas area benih ikan di BBPBL.

Warga dan kelompok nelayan juga berharap agar jalan besar yang menuju ke area dapat segera diperbaiki untuk memudahkan transportasi.

Pewarta: Agus Wira Sukarta
Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2015