Jakarta (ANTARA News) - Kelompok yang menyebut diri "Gowes Mudik" ingin menularkan kepada masyarakat bahwa sepeda bukan sekedar alat untuk berolahraga tetapi juga alat transportasi.

Kelompok "Gowes Mudik" memilih pulang ke kampung halaman dengan menggowes sepeda dengan tujuan yang berbeda melewati jalur utara, Sabijo (Blora), Vidi (Yogyakarta), Poetoet Soedarjanto (Madiun), dan Mayang Widya (Sidoarjo). Meskipun menggowes hingga ratusan hingga ribuan kilometer, mereka pun tetap menjalankan puasa. Perjalanan mereka dimulai pada Jumat malam ini.

"Saya pribadi mau tunjukkan kalau sedang menjalani puasa bukan berarti mengurangi produktivitas dan alasan untuk malas-malasan," kata Poetoet Soedarjanto kepada ANTARA News, Jumat malam.

Ia menjelaskan tidak ada persiapan khusus menjelang keberangkatan, hanya saja pola makannya harus betul-betul dijaga.

"Ini merupakan aktivitas fisik yang luar biasa jadi asupan cairan harus banyak. Minimal harus minum delapan gelas air putih, makan buah yang banyak, dan kurangi gorengan, kopi serta teh karena mempengaruhi metabolisme," jelas Poetoet.

Menurut Poetoet, ketika mereka bisa menempuh perjalanan menggunakan sepeda hingga ratusan kilometer seraya tetap menjalani ibadah puasa, artinya bersepeda jarak dekat pun seharusnya bisa dilakukan.

"Kalau sepeda jarak jauh bisa, jarak dekat harusnya juga bisa. Ini yang mau kita tularkan, bahwa sepeda bukan sekedar alat olahraga tetapi alat transportasi sehari-hari. Jakarta sekarang semakin macet, sepeda salah satu solusi," jelas Poetet.

Pria berusia 47 tahun itu biasa menempuh 25 kilometer dari rumahnya ke kantor. Ia bahkan selalu bersepeda sejak kecil sampai saat ini.

"Mobil saya jarang sekali dipakai kecuali kalau pergi bersama keluarga. Saya baru ganti mobil November lalu, sampai Mei, mobil saya baru menempuh 2.000 km," jelas Poetoet yang keempat kalinya mudik menggunakan sepeda.

Ia pun meyakini apabila setidaknya 20 persen pengemudi mobil beralih ke sepeda, maka kemacetan Jakarta akan berkurang.

Pewarta: Monalisa
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2015