Jayapura (ANTARA News) - Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan Kepolisian Indonesia, Brigadir Jenderal Polisi Arthur Tampi, mengungkapkan, sebagian jenazah korban pesawat komuter ATR 42-400 Trigana Air Service nomor registrasi PK RYN sudah tidak utuh.

"Kondisi korban saya kira sudah bisa kita pahami bahwa tidak semuanyautuh, ya, ada sebagian jenazah yang memang sudah tidak utuh," ujarnya, di Jayapura, Kamis.

Tampi pun menjelaskan, waktu untuk mengidentifikasi korban sangat tergantung pada kondisi jenazah, sehingga semua pihak diminta untuk bersabar menunggu hasil identifikasi.

"Oleh sebab itu juga proses identifikas ini sangat tergantung pada kondisi yang ada," ucapnya.

Untuk mengidentifikasi korban, kata dia, tim Identifikasi Korban Bencana (IKB/DVI) terlebih dahulu menggunakan data sekunder yang ada, di antaranya barang atau ciri fisik khusus yang diinformasikan pihak keluarga.

"Kalau sudah tidak bisa maka kami mesti cari lagi. Kalau sidik jari juga sudah gak bisa maka kami cari juga untuk pemerisaan gigi, kalau gigi sudah tidak ada maka kami uji DNA," katanya.

Sebelumnya, empat jenazah korban Trigana Air masing-masing Teriden Martinus Aragai, Terianus Salawala, Boni Wori-Wori, dan Wendepan Bamulki telah diserahkan kepada pihak keluarga setelah identifikasi diselesaikan oleh Tim IKB/DVI di RS Bhayangkara, Kamis sore.

Hingga kini seluruh jenazah sudah berada di Jayapura, dan 29 diantaranya telah berada di RS Bhayangkara untuk dilakukan identifikasi. Setelah empat jenazah teridentifikasi, kini Tim IKB/DVI tengah memeriksa 25 jenazah lain.

Pewarta: Dhias Suwandi
Editor: Ade P Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2015