Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi VII DPR Kurtubi mempertanyakan kinerja keuangan PT Pertamina (Persero) yang turun 40,69 persen menjadi 21,79 miliar dolar AS dari periode sama tahun lalu, padahal harga minyak dunia sudah 42 dolar AS per barel.

"Kami akan mengevaluasi Direktur Utama PT Pertamina, Dwi Soetjipto karena tidak bisa menangani kinerja PT Pertamina yang mengalami kerugian," katanya dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat.

Dia menegaskan, dengan harga BBM yang murah dan tidak disubsidi, seharusnya Pertamina tidak merugi.

Menurut dia, dengan turunnya harga minyak mentah, seharusnya bisa menjadi momen meningkatkan perekomomian nasional.

"Ini bisa menjadi momen percepat ekonomi, menurun dengan harga minyak ini ada peluang. Dengan cara menurunkan harga premium, maka ekonomi kita akan meningkat," ujarnya.

Selain itu, Wakil Ketua Komisi VII Satya Widya Yudha mengatakan, terkait dengan harga BBM, DPR akan memanggil pihak Pertamina untuk membuka dasar perhitungan harga BBM.

Menurut dia, apabila tidak ada koreksi setiap 3 atau 6 bulanan, maka selesih harga di bebankan kepada masyarakat.

"Kami akan panggil Pertamina untuk membuka dasar penghitungan, supaya jelas di masyarakat. Karena apabila tidak ada koreksi setiap 3 atau 6 bulanan, maka selesih harga dibebankan kepada masyarakat," ujarnya.

Satya mempertanyakan proses kemajuan pembelian minyak bumi secara langsung dari negara-negara produsen minyak oleh Pertamina.

Menurut dia, pembelian minyak secara langsung dapat memotong rente pembelian minyak, negara bisa lebih hemat dalam pengadaan impor minyak bumi (tanpa melalui trader).

"Tujuannya bagus tapi belum terlaksana," ujarnya.

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2015