Jakarta (ANTARA News) - Pelemahan nilai tular rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dinilai tak mengganggu industri mode di Indonesia.

Pasalnya, para pelaku industri mode tanah air melihat antusiasme penikmat mode Tanah Air tidaklah surut.

Salah satunya adalah disainer muda Yasir Bawazier yang memotori merek Bleach Project. 

"Terasanya adalah karena kita membeli bahan itu impor, bayarnya pakai dolar, tapi untungnya banyak pembeli dari luar yang beli ke aku pakai dolar Amerika Serikat. Jadi seimbang. Malahan penjualan untuk di Indonesia justru meningkat, aku enggak ngerti kenapa, mungkin banyak yang pegang dolar Amerika Serikat kali ya?" kata Yasir.

Pendiri merek Danjyo Hiyoji, Danang Maulana, pun berpendapat sama. Menurut dia tak ada dampak langsung melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. 

"Enggak ada dampak langsung karena kita memakai sumber daya dalam negeri, menyiasati pelemahan ini paling kami kurangi eksibisi di luar negeri. Kami juga memperhitungkan momen saja kalau mau ekspansi ke luar negeri. Kalau untuk ke penjualan sendiri sich enggak ngaruh," kata Maulana.

Sementara merek IKYK, mengaku justru meraup untung dari pelemahan nilai tukar rupiah. Menurut Chief Creative IKYK, Anandya Harahap, penjualan internasional mereka justru naik.

"Memang ada beberapa produksi yang pakai bahan dari luar. Tapi penjualan stabil, bahkan untung karena banyak pembeli internasional, kalau penjualan dalam negeri juga tetap baik. Mungkin orang Indonesia konsumtif semua ya," kata Harahap.

Para perancang muda merek-merek itu akan menggelar fashion show dalam perayaan HUT Central Park Mal keenam pada 12 September 2015 di Tribeca Park.

Enam disainer muda asal Indonesia tersebut antara lain Bleach Project, Danjyo Hiyoji, Drey, Happa, Hay United dan IKYK yang akan mempersembahkan koleksi mode jalanan dan busana aktif terbaru mereka di Central Park.

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Ade P Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2015