Banjarbaru (ANTARA News) - Kabut asap yang menyelimuti Banjarbaru, Kalimantan Selatan, makin pekat dibanding hari sebelumnya sehingga mengganggu aktivitas masyarakat baik di dalam maupun luar rumah.

"Kabut asap pagi ini lebih pekat dibanding sebelumnya. Bahkan, selain memenuhi udara di luar rumah, kabut tipis juga masuk rumah sejak subuh," ujar Rahmat di Banjarbaru, Senin.

Menurut warga Jalan Taruna Praja tersebut, kepekatan kabut asap akibat kebakaran lahan dan semak itu juga memperpendek jarak pandang yang berkisar 50-100 meter.

Ia mengatakan, selain mengganggu jarak pandang, kabut asap tipis juga membuat mata pedih jika terkena secara langsung terutama bagi pengendara motor matanya bisa hingga berair.

"Mata saya perih akibat terkena kabut asap hingga mengeluarkan air, dan tadi langsung masuk ke dalam rumah lagi setelah mengantar anak sekolah," ucap Dayat, warga lainnya.

Pengendara motor yang menjalani aktivitas rutin setiap pagi hari yakni mengantar anak sekolah maupun ke kantor banyak mengenakan masker penutup hidung dan mulut.

Hal itu dilakukan untuk mencegah dan mengurangi udara bercampur asap yang tidak sehat masuk saluran pernapasan sehingga tidak terserang Infeksi Saluran Pernapasan Atas.

"Saya sengaja pakai masker agar terhindar dari kabut asap penyebab ISPA. Selain kabutnya pekat, bau asap juga menyengat," ucap Nurul, warga Balitan Banjarbaru.

Kepala Dinas Kesehatan Banjarbaru Agus Widjaja meminta masyarakat mengenakan masker penutup hidung dan mulut sehingga tidak menghirup kabut asap.

"Kami masih menunggu hasil tes BTKL mengenai kualitas udara akibat kabut asap. Namun, mengimbau agar masyarakat mengenakan masker saat beraktivitas di luar rumah," pesannya.

Hingga pukul 08.00 WITA, meski matahari sudah memancarkan sinar namun belum mampu mengurai kabut asap yang cukup tebal menyelimuti seluruh wilayah Banjarbaru. Munculnya kabut asap di kota itu diperkirakan akibat kebakaran lahan dan semak yang terjadi di Kecamatan Landasan Ulin dan Liang Anggang pada Minggu (13/9) sore.

Pewarta: Yose Rizal
Editor: Fitri Supratiwi
COPYRIGHT © ANTARA 2015