Sampit, Kalteng (ANTARA News) - Jadwal penerbangan di Bandara Haji Asan Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, menjadi tidak menentu akibat kabut asap yang cukup parah sehingga mengganggu jarak pandang di sekitar bandara.

"Penumpang jadi harap-harap cemas karena ketika sudah di bandara, penerbangan bisa saja dibatalkan akibat asap. Kalau delay (ditunda) masih mending, tapi beberapa hari ini kan sering ada pembatalan," kata Sari, salah seorang warga Sampit, Selasa.

Pedagang yang biasa menggunakan transportasi udara menuju Jakarta untuk berbelanja ini, kini juga merasakan aktivitasnya ikut terganggu. Asap pekat yang masih terjadi, membuat jadwal penerbangan sewaktu-waktu bisa dibatalkan.

Saat kondisi seperti ini, kegiatan ekonomi masyarakat juga terganggu. Pihak maskapai tidak berani memberi jaminan pesawat pasti diberangkatkan karena tergantung kepekatan asap yang dapat mengganggu jarak pandang dan keamanan penerbangan.

"Biasanya kalau di Sampit gangguan, bisa terbang lewat Palangka Raya. Tapi sekarang, di Palangka Raya sendiri malah sama sekali tidak ada penerbangan karena kondisi di sana lebih parah dari di sini. Kita sama-sama berdoa saja semoga kebakaran lahan dan asap segera berakhir," harap Sari.

Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kotim, Fadlian Noor mengakui, dampak kabut asap kebakaran lahan sudah mengganggu transportasi dan berimbas pada aktivitas ekonomi masyarakat. Seperti penerbangan di Bandara Haji Asan Sampit, dalam beberapa hari terakhir terganggu asap, bahkan ada jadwal penerbangan yang terpaksa dibatalkan.

"Informasi yang saya terima sampai siang, tujuan Pangkalan Bun, Ketapang, Pontianak dan Banjarmasin delay (tertunda). Tujuan Semarang dan Surabaya delay. Tujuan Jakarta cancel (batal)," kata Fadlian.

Penerbangan di Bandara Haji Asan Sampit saat ini hanya dilayani satu maskapai yaitu Kalstar Aviation. Fadlian berharap kebakaran lahan dan asap segera berakhir sehingga aktivitas transportasi di daerah ini kembali normal.

Pewarta: Norjani
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2015