Mina (ANTARA News) — Jemaah haji Indonesia, termasuk Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Jumat (25/9) malam menjalani prosesi menginap di Mina untuk malam yang kedua. Kesempatan itu salah satunya dimanfaatkan oleh Menag untuk mendengar curhat dari para jemaah haji Indonesia, terutama jemaah kloter 61 Embarkasi Jakarta – Bekasi (JKS 61).

“Sejak awal saya meniatkan diri ketika berkunjung ke sana adalah setidaknya mereka ada tempat untuk bisa mencurahkan apa yang mereka rasakan. Tempat curhat itu penting bagi mereka yang berada dalam kondisi seperti itu,” demikian penjelasan Menag seusai berkunjung ke Maktab 7 yang ditempati jemaah asal Jawa Barat yang tergabung dalam Kloter JKS 61 di kawasan Mina Jadid, Jumat (25/9) malam.

Kamis (24/9) pagi telah terjadi peristiwa Mina yang menelan ratusan korban jiwa jemaah haji dari berbagai Negara. Akibat peristiwa berdesak-desakannya jemaah haji di Jalan Arab 204 itu, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi merilis data bahwa sedikitnya ada 225 anggota jamaah yang dilaporkan belum kembali ke tendanya di Mina mulai saat kejadian sampai dengan Jumat (25/9) pukul 07.00 waktu Arab Saudi.

Dari jumlah tersebut, 192 orang di antaranya berasal dari JKS 61.

Menag Lukman menyengaja hadir di tengah jemaah untuk mendengar dan berbagi rasa tentang musibah yang sedang mereka alami. Nyata, setibanya Menag di lokasi banyak sekali kritik dan saran yang disampaikan kepada Menag.

Pantauan Media Center Haji (MCH), Menag tampak serius mendengar setiap kritik dan saran, termasuk penjelasan tentang bagaimana kronologi kejadian dalam pandangan mereka.

“Pengalaman yang traumatik, serba ketidakjelasan, informasi yang simpang siur, dan lain sebagainya, menjadikan mereka butuh tempat orang yang bisa dijadikan tempat untuk curhat. Saya memang dalam posisi seperti itu,” kata Menag seperti dikutip kemenag.go.id, Sabtu.

Dari hasil mendengar itu, Menag mengaku mendapat banyak masukan yang harus segera ditindaklanjuti. Mendapat laporan tentang adanya anggota jemaah JKS 61 yang sakit, Menag langsung meninjau dan meminta tim kesehatan kloter untuk segera berkoordinasi dengan Balai Pengobatan Haji Indonesia di Mina untuk bisa segera mengevakuasi korban dari tenda dengan ambulans.

Untuk meringankan beban psikologis jemaah yang mengalami langsung peristiwa Mina , Menag juga meminta agar mereka bisa diantar dengan mobil saat akan melakukan lempar jumrah.

“Apa yang telah disampaikan oleh jemaah adalah masukan buat kita,” jelas Menag.

Malam kedua di Mina adalah malam terakhir bagi jemaah haji yang menghambil nafar awal. Sabtu (26/9) sebelum terbenamnya matahari, mereka sudah harus meninggalkan Mina setelah melempar jumrah (ula, wustha, dan aqabah). Adapun bagi jemaah yang akan mengambil nafar tsani, maka mereka harus menginap satu malam lagi di Mina.

Kepada keluarga jemaah, Menag Lukman juga menyampaikan bahwa pihaknya telah membentuk tim yang bekerja selama 24 jam untuk bisa segera mendapatkan informasi keberadaan anggota keluarga mereka yang belum pulang ke tenda Mina.

“Kita tetap berupaya semaksimal dan seoptimal mungkin untuk melakukan penyisiran dan penelusuran terhadap sejumlah jemaah kita yang memang belum kembali ke kloternya masing-masing,” jelasnya.

Editor: Fitri Supratiwi
COPYRIGHT © ANTARA 2015