Istanbul (ANTARA News) - Pemimpin Partai Pekerja Kurdistan (PKK) menyatakan kelompoknya akan tetap memegang gencatan senjata, yang diumumkan pada akhir pekan lalu, sebagai penghormatan bagi 100 korban tewas akibat pemboman di Ankara, kata laman dekat dengan PKK.

Namun, serangan udara militer Turki, yang menimpa pejuang PKK di Turki tenggara dan Irak utara pada akhir pekan lalu serta bentrokan di Turki timur Turki, tempat pejuang menewaskan dua tentara Turki, menimbulkan keraguan pada gencatan senjata tersebut, lapor Reuters.

"Kami wajib melanjutkan permusuhan ini tanpa mengalah pada keraguan, sebagai warisan dari mereka (yang tewas dalam peristiwa Ankara)," kata Pemimpin PKK Murat Karayilan dalam siaran radio kepada kelompok keras PKK di Turki dan Irak, seperti dikutip kantor berita Firat.

"Kami tidak akan menghentikan permusuhan," katanya.

PKK mengumumkan gencatan senjatanya pada Sabtu untuk menyerukan penurunan ketegangan menjelang pemilihan umum pada 1 November 2015. Mereka mengatakan pada kaum militan agar bertindak hanya saat mereka menghadapi serangan, dalam gerakan yang dilakukan tiga bulan setelah mereka mengakhiri gencatan senjata selama dua tahun.

Pada Sabtu, dua pelaku bom bunuh diri menyerang perhimpunan pro Kurdi dan aktivis kiri di Stasiun Utama Ankara dan menewaskan 97 orang.

Saat menguraikan serangan udara terhadap PKK, staf umum partai tersebut menyebutkan pada Senin, bahwa 11 pejuang PKK terbunuh dalam operasi udara di sebelah tenggara Provinsi Hakkari pada Minggu, menghancurkan tempat-tempat penampungan, amunisi, serta markas persenjataan.

Sementara itu, pembunuhan dua tentara Turki terjadi dalam operasi anti-PKK di timur Provinsi Erzurum saat mereka bentrok dengan kelompok militan, ujar sumber kemiliteran.

Menurut sumber keamanan, sekitar 30-35 orang pejuang PKK terbunuh dalam razia di utara Irak, sedangkan pihak militer mengatakan 14 orang militan tewas di Distrik Lice yang terletak di Provinsi Diyarbakir.

Kerusuhan terus berlanjut terutama di wilayah Kurdi, dengan pemberlakuan jam malam di distrik bersejarah Sur di Kota Diyarbakir yang telah menginjak hari ketiga pada Senin, setelah polisi pada Minggu menembakkan gas air mata untuk mencegah pengunjuk rasa memasuki distrik tersebut, kata seorang saksi.

Sebelum gencatan senjata secara luas resmi diumumkan, Wakil Perdana Menteri Yalcin Akdogan telah berupaya menghentikannya sebagai taktik menjelang pemilu, menegaskan bahwa pemerintah menuntut kelompok militan meletakkan senjata dan meninggalkan Turki.

Perang 31 tahun PKK dengan negara itu kembali meletus pada Juli, ketika Turki meluncurkan serangan udara ke perkampungan militan untuk menanggapi serangan terhadap pasukan militer yang berakhir dengan gencatan senjata pada Maret 2013. Ratusan orang terbunuh dalam pertempuran tersebut.

Dengan dituding sebagai kelompok teroris oleh Turki, Amerika Serikat, dan Uni Eropa, PKK melancarkan pemberontakan separatis pada 1984 dimana lebih dari 40 orang tewas. Negara kemudian melakukan pembicaraan damai dengan pemimpin PKK yang dipenjarakan pada 2012.
(Uu.Y013/B002)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2015