Palu (ANTARA News) - Wakadiv Humas Mabes Polri, Brigjen Pol Anton Bachrul Alam, menegaskan bahwa penangkapan Basri alias Bagong dan Ardin Djanatu alias Rojak di Kelurahan Kayamanya, Kota Poso, Kamis pagi, murni hasil operasi polisi. "Jadi, penangkapan Basri dan Ardin murni kerja keras anggota polisi yang sedang melakukan operasi penyisiran, bukan informasi masyarakat," katanya Wakil Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Kepolisian Negara RI (Wakadiv Humas Mabes Polri) tersebut di Palu, Kamis. Menurut dia, tim gabungan Detasemen Khusus (Densus) 88/Anti-Teror dan Brigade Mobil (Brimob) yang melakukan penyisiran di Kelurahan Kayamanya melihat Basri, Ardin dan seorang warga bernama Harianto sedang duduk mengobrol di depan sekolah TK (Taman Kanak-kanak) Inpres, tepatnya di lorong Mesjid Kayamanya. Mereka langsung lari berpencar saat melihat kedatangan polisi, sehingga pengejaran pun dilakukan. Ardin memberikan perlawanan dan terlibat kontak tembak dengan polisi. Ardin yang terlibat lima kasus kekerasan di Poso dan Palu akhirnya tertembak di kaki, kedua tangan dan perut. Anton mengemukakan, polisi menyita sepucuk senjata api organik jenis revolver dan 20 butir amunisi dari tangan Ardin. Sementara itu, Basri dan Harianto yang bersembunyi di salah satu rumah warga dibekuk tanpa perlawanan. "Polisi hampir kecolongan, sebab keduanya pura-pura tidur saat polisi menyergap mereka. Sekalipun tidak masuk dalam daftar DPO, Harianto ikut diamankan di Mapolres Poso," ujar Anton. Dalam penyisiran yang berlangsung sekira dua jam di Kayamanya itu, polisi juga mengamankan dua senjata api laras panjang rakitan, dua busur panah beserta belasan anak panahnya, dan beberapa dokumen, diantaranya buku mengenai peristiwa tragedi World Trade Center (WTC) di New York, Amerika Serikat (AS), pada 11 September 2001. Anton juga mengatakan, Yudit Parsan yang masuk dalam DPO polisi menyerahkan diri di Mapolres Poso pada Kamis siang, sehari setelah dilakukan pendekatan dengan anggota keluarganya. "Ketiga tersangka saat ini telah dibawa ke Mapolda Sulteng untuk menjalani pemeriksaan lanjutan," ujarnya. Menurut dia, Basri merupakan pimpinan kelompok bersenjata di Poso yang berbasis di Kelurahan Gebang Rejo, kota Poso. Basri yang terlibat 15 kasus kekerasan memimpin kelompok bersenjata melakukan perlawanan terhadap polisi sehingga terjadi kontak senjata dalam operasi 22 Januari 2007. "Dalam kontak senjata itu, Basri yang berhasil meloloskan diri tertembak dibagian perut," demikian Anton Bacrul Alam. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007