Jakarta (ANTARA News) - Banyak warga Kelurahan Pulo Raya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, termasuk orang tua dan anak-anak, sejak Kamis malam hingga Jumat, bertahan di loteng rumah untuk menghindari luapan banjir yang sudah mencapai lebih dari dua meter. "Sekarang ketinggian air sudah mencapai lebih dari dua meter, dan anggota tim SAR dan relawan tidak berani turun ke rumah-rumah warga yang berada di gang-gang sempit kelurahan kami yang memang padat penduduk," kata warga Kelurahan Pulo Raya, Maryana di Jakarta, Jumat. Sejak Jumat dinihari, tidak sedikit warga yang meninggalkan rumah-rumah mereka untuk mengungsi ke rumah-rumah sanak keluarga mereka, katanya. Ia mengatakan, puskesmas setempat yang sempat dijadikan posko korban banjir tidak luput dari genangan air yang terus naik sejak Kamis Pukul 23.00 WIB. Dikhawatirkan peralatan medis dan stok obat ikut terendam. Masjid Nurul Hidayat yang berada di lingkungan perumahan padat penduduk itu juga sudah terendam banjir padahal rumah ibadah itu berada di tempat yang agak tinggi sehingga dijadikan warga setempat sebagai tempat pengungsian sementara dan penyampaian pengumuman, katanya. "Saya sendiri tidak sempat menyelamatkan barang-barang karena air datang begitu cepat. Saya khawatir ijazah, buku-buku, dan komputer tak terselamatkan," katanya. Kemacetan Sementara itu, hujan terus mengguyur berbagai wilayah Ibukota Jakarta. Kemacetan terjadi di beberapa ruas jalan namun di sejumlah ruas jalan lainnya, seperti Diponegoro dan Cikini Raya, tidak dipenuhi kendaraan roda dua dan empat seperti hari-hari normal. Banjir tidak hanya menggenangi sebagian wilayah Jakarta Selatan. Kawasan Duren Sawit, Pondok Bambu dan di wilayah lain di Jakarta Timur, ketinggian air justru lebih tinggi daripada bencana banjir besar yang terjadi pada Februari 2002. Di beberapa ruas jalan, ketinggian air mencapai pinggang orang dewasa. Akibat tergenangnya beberapa ruas jalan Ibukota, terutama jalan-jalan yang masuk dalam lintasan rute bus Trans Jakarta, sedikitnya 81 bus kota berbahan bakar gas (BBG) itu tidak beroperasi. Selain puluhan unit bus Trans Jakarta terpaksa dihentikan sementara waktu, ribuan penumpang kereta api jurusan Merak-Rangkasbitung serta Serpong menuju Stasiun Tanah Abang hingga Stasiun Kota Jakarta Utara juga terpaksa gigit jari karena angkutan massal itu tidak jalan akibat rel tergenang sejak Kamis malam karena hujan lebat . Petugas PT Kereta Api Indonesia (PT-KAI) di Stasiun Pondok Ranji Bintaro Jaya misalnya mengumumkan kepada para calon penumpang bahwa kereta api tidak bisa dijalankan karena rel pada beberapa daerah tergenang air. Rel di Stasiun Tanah Abang setiap tahunnya tergenang air jika hujan deras. Akibatnya para calon penumpang kereta api tersebut, seperti para karyawan, pedagang dan pelajar, terpaksa menggunakan kendaraan umum seperti kopaja dan metro mini. Warga Bintaro Jaya dan sekitarnya misalnya harus menggunakan mobil angkutan KWK 08 untuk keluar dari kawasan itu dan kemudian naik Metro Mini 74 dari Rempoa menuju Blok M. Berbeda halnya dengan nasib penumpang kereta api jurusan Merak-Rangkasbitung serta Serpong-Stasiun Kota, KRL reguler dan ekspres jurusan Bogor-Jakarta Kota tetap normal. Ratusan penumpang tetap terangkut kendati waktu pemberangkatan KRL Semi Ekspres dari Stasiun Bogor tertunda sekitar setengah jam dari jadwal resminya Jumat pagi. Bi Bekasi, jalan raya yang menghubungkan Cikarang dan Kota Bekasi terputus setelah air setinggi 120 centimeter menggenangi kawasan di depan pusat pertokoan Naga Plaza atau 200 meter dari Tambun. Akibat genangan tersebut, kendaraan baik roda dua maupun roda empat tidak dapat melintas di jalan tersebut. Sejumlah kendaraan tampak berbalik arah ketika mendekati genangan air. Akibatnya, kemacetan pun terjadi. (*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2007