Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore bergerak melemah sebesar 164 poin menjadi Rp13.674 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.510 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, mengatakan bahwa dolar AS bergerak menguat terhadap mayoritas mata uang di kawasan Asia, termasuk rupiah menyusul data ekonomi Tiongkok yang bervariasi.

"Minimnya sentimen yang mendukung pergerakan mata uang di negara-negara berkembang memberikan momentum terhadap mata uang dolar AS untuk kembali bergerak di area positif," katanya.

Di sisi lain, lanjut dia, data inflasi inti Amerika Serikat bulan September yang meningkat 0,2 persen masih menjadi salah satu penopang bagi dolar AS. Meningkatnya inflasi AS dapat menimbulkan kembali proyeksi pasar terhadap rencana bank sentral AS untuk menaikan suku bunganya pada tahun ini.

"Data inflasi yang optimis memberikan dukungan terhadap dolar AS setelah sebelumnya tertekan cukup signifikan terhadap mayoritas mata uang utama dunia," katanya.

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan bahwa secara umum dolar AS menguat terhadap mata uang di kawasan Asia, termasuk rupiah. Tekanan eksternal baik dari harga komoditas yang masih cenderung menurun serta sentimen perlambatan perekonomian global masih akan membayangi laju pergerakan rupiah ke depannya.

Akan tetapi, menurut dia, sentimen dari dalam negeri mengenai angka produk domestik bruto (GDP) pada kuartal ketiga 2015 yang diperkirakan pemerintah membaik hingga 4,8-5 persen secara tahunan diharapkan dapat menopang nilai tukar domestik.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa (20/10) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.634 dibandingkan hari sebelumnya atau Senin (19/10) Rp13.563.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Desy Saputra
COPYRIGHT © ANTARA 2015