Jakarta (ANTARA News) - Partai politik (parpol) elit sudah saatnya beralih menjadi partai kader sehingga tidak hanya bekerja lima tahunan menjelang saat pemilihan umum (pemilu). "Parpol yang bertugas menjembatani kepentingan rakyat seharusnya tidak bekerja lima tahun sekali. Oleh karena itu, partai elit harus berubah menjadi partai kader," kata pengamat politik Universitas Indonesia, Erlangga Masdiana di Jakarta, Jumat. Erlangga menjelaskan, dengan menjadi partai kader, maka aktivitas kader terus berjalan di antaranya partai ikut terjun membantu masyarakat menangani sejumlah permasalahan yang muncul di samping kegitan rutinitas internal partai. "Oleh karena itu harus dilestarikan budaya parpol memperjuangkan kepentingan rakyat bukan justru mengatasnamakan rakyat," katanya. Untuk merealisasikan hal tersebut diperlukan partai yang "bersih" sehingga bisa menjadi katalisator, ajang pendidikan politik bagi masyarakat, serta melakukan advokasi untuk rakyat. Sejumlah langkah tersebut ditentukan oleh pola kaderisasi serta pola pengembangan kepemimpinan, kata Erlangga yang juga menjadi Ketua Program Pascasarjana Kriminologi Fakultas Sospol Universitas Indonesia. "Salah satu cara untuk membuat partai bersih tersebut adalah dengan menerapkan norma tertulis dan ada lembaga pengontrol yang menjadi bagian dari partai politik," katanya. Lembaga pengontrol tersebut sebagai penyeimbang dari esensi perjuangan. Namun dari pihak pemerintah juga dapat membantu agar partai politik bersih di antaranya dengan dibuatkannya lembaga advokasi agar bisa memberi arahan kepada parpol agar baik. Cara lain adalah dengan mengembalikan citra parpol agar tidak diidentikkan sebagai tempat yang subur melakukan praktek korupsinya. Disinggung mengenai acara Muktamar VI Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Erlangga menyatakan bahwa PPP adalah partai warisan Orde Baru, sehingga kesempatan muktamar harus diimanfaatkan untuk mengubah apakah PPP sama dengan partai lama. "Saat ini yang diperlukan adalah kerja riil dari partai, yakni memperjuangkan kepentingan rakyat banyak," kata Erlangga.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2007