Jakarta (ANTARA News) - Direktur Utama PT Kereta Api Pariwisata Adi Suryatmini mengatakan kereta api wisata semakin diminati masyarakat.

"Sekarang sudah ada 12 kereta wisata setelah ada tambahan tiga unit kereta wisata baru karena animo masyarakat bagus," kata Adi di Jakarta, Kamis.

Sebelumnya, PT Kereta Api Pariwisata yang merupakan anak perusahaan PT Kereta Api Indonesia memiliki sembilan kereta wisata dengan tujuh tipe, yakni Nusantara, Jawa, Sumatera, Bali, Toraja, Imperial, dan Priority. Kemudian pada tahun 2015 ditambah tiga unit kereta wisata baru yang dibangun yaitu satu tipe terbaru KA Retro, satu tambahan untuk tipe Imperial, dan satu tambahan untuk tipe Priority.

"Masyarakat cukup menyukai luxury train kami karena menawarkan alternatif untuk melakukan kegiatan seperti meeting, gathering, rapat di atas perjalanan yang nyaman di kereta wisata kami," jelas Adi.

Adi mengungkapkan pada tahun 2014, kereta wisata melakukan 450 perjalanan. "Tahun ini kami menargetkan 600 perjalanan atau 50 perjalanan setiap bulan ke berbagai tujuan di Pulau Jawa," ujar Adi.

Menurut Adi, kereta wisata memberikan alternatif baru untuk kegiatan seperti rapat, kumpul keluarga, bahkan pelatihan dengan pelayanan minimal seperti hotel bintang tiga.

"Kalau perjalanan naik pesawat kan tegang, HP harus dimatikan, tetapi kalau naik kereta wisata selama perjalanan bisa dilakukan aktivitas yang menyenangkan dan lebih rileks," tutur Adi.

"Dari 12 unit kereta wisata, terdapat dua tipe yang tersedia kamar yang nyaman," tambahnya.

Kereta wisata bertarif mulai dari Rp14 juta hingga Rp35jutaan.

Awalnya, Indonesia hanya memiliki tiga unit kereta api wisata yaitu Bali, Nusantara, dan Toraja yang hanya diperuntukkan untuk melayani kepresidenan.

Lalu pada awal tahun 2000, kereta wisata mulai dikomersialkan dan mendapat sambutan yang baik dari masyarakat. Kemudian pada tahun 2012, dibuat anak perusahaan PT. Kereta Api Wisata yang khusus mengelola kereta wisata agar lebih komersial.

"Kalau dulu kan misal tidak ada acara kepresidenan tidak dipakai. Sementara, kereta itu kalau jalan atau tidak jalan tetap mengeluarkan biaya. Sayang kan? Maka KAI memodifikasi interior dan desain dari kereta biasa yang sudah ada," jelas Adi.

Pewarta: Monalisa
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2015