Jakarta (ANTARA News) - Wanita hamil yang mengidap diabetes melitus berisiko memiliki bayi cacat sejak lahir atau bahkan dapat meninggal dunia. Penelitian IF Casson dari Universitry of Liverpool Inggris, mengungkapkan resiko bayi lahir cacat pada ibu penderita diabetes militus itu, 10 kali lebih besar dibandingkan bayi yang ibunya tidak mengidap diabetes. Penelitian serupa di Universitas Vaudois Swiss menunjukkan wanita pengidap diabetes militus memiliki resiko tinggi janinnya mengalami pembesaran salah satu ventrikel (kamar) jantung, dibanding perempuan yang "hanya" mengalami diabetes selama kehamilan saja (diabetes gestational). Selama ini peneliti mengelompokkan diabetes militus dalam dua tipe. Tipe 1 adalah yang tergantung pada asupan insulin dari luar. Biasanya diderita sejak kanak-kanak, tapi dapat juga menyerang usia dewasa. Sedangkan tipe dua tidak tergantung pada insulin dan gejala awal biasanya muncul pada usia dewasa. Kendati akibat sangat fatal, namun jika diabetes terkontrol dengan baik, umumnya tidak menimbulkan efek buruk pada janin. Hal ini dibuktikan oleh Caroline A. Crowther dari University of Adelaide, yang di dalam penelitian mendapati penanganan dini dan memadai pada penderita diabetes gestasional memberikan penurunan signifikan terjadinya komplikasi serius pada janin. Berdasarkan berbagai penelitian, penderita diabetes melitus tipe 1 dan diabetes gestasional memerlukan penanganan khusus, termasuk kontrol gula darah, bahkan sejak sebelum masa pembuahan atau konsepsi (berencana hamil). "Lokarya Internasional" Organisasi kesehatan Dunia (WHO) mendudukkan Indonesia pada peringkat keempat penderita diabetes melitus terbanyak di dunia, setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Berdasarkan data tersebut hingga 2001 jumlah penderita kencing manis di Indonesia mencapai 17 juta orang. Tingginya angka penderita kencing manis sangat mengkhawatirkan, mengingat dampaknya yang sangat serius terhadap janin. Untuk mencari jalan keluar dan penanggulangan resiko diabetes melitus pada ibu hamil, sejumlah ahli dari berbagai negara akan berkumpul dalam forum "61st Nestle Nutrition Workhshop", yang dijadwalkan berlangsung di Bali, 1-5 April 2007. Program tersebut bertujuan untuk mengupayakan langkah nyata agar masyarakat dunia dan Indonesia terhindar dari resiko fatal; memiliki bayi cacat. "Sasaran dari kegiatan ini adalah para profesional dibidang medis. Dengan bertambahnya wawasan dan pengetahuan mereka, diharapkan kualitas pelayanan ke masyarakat pun semakin meningkat," kata kepala Humas Nestle, Brata T. Hardjosubroto. Menurut dia, kegiatan tahunan Nestle ini melibatkan para peneliti kelas dunia seperti Theresa O. Scholl dan Deninis M. Bier dari Amerika Serikat, Renate Bergmann dan Andrea Plagemann dari Jerman, serta Lars A. Hanson dari Swedia. Rencananya perhelatan itu juga melibatkan 100 dokter spesialis anak dari berbagai negara. Lokakarya internasional dokter spesialis anak tersebut merupakan yang ke-61 kalinya diadakan Nestle. Indonesia kembali menjadi tuan rumah setelah yang terakhir pada 18 tahun lalu.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007