Jakarta (ANTARA News) - Bank Tabungan Negara (BTN) menyatakan kesiapannya untuk membiayai Rumah Susun Sederhana (Rusuna) yang diperkirakan membutuhkan biaya Rp20 triliun untuk jangka waktu lima tahun ke depan. "Saya dengar biaya untuk mewujudkan 1.000 Rusuna itu dalam lima tahun ke depan dibutuhkan Rp20 triliun. Kalau demikian halnya BTN juga sanggup," kata Direktur Utama BTN, Kodradi di Jakarta, Rabu, usai Rapat Koordinasi dengan Presiden dan Wakil Presiden di Kantor Menteri Negara Perumahan Rakyat (Menpera). Sebagai tahap awal dalam tahun 2007 Bank BTN telah mengalokasikan dana sebesar Rp1 triliun yang diperuntukkan bagi pembiayaan Rusuna dari alokasi Rp7,84 triliun kredit baru. Dalam tahun 2007 Bank BTN mengalokasikan kredit baru sebesar Rp7,84 triliun, lebih tinggi dari alokasi tahun 2006 sebesar Rp6,28 triliun. Sedangkan untuk periode mendatang sesuai target Bank Indonesia, BTN mengalokasikan tahun 2008 sebesar Rp10 triliun dan tahun 2009 Rp15 triliun. Mengenai alokasi kredit konstruksi, menurut Kodradi dana sebesar Rp1 triliun akan mencukupi untuk konstruksinya juga karena bisa dikonversikan dengan kredit pemilikan Rusuna nantinya. Bunga BTN sendiri menurut Kodradi saat ini masih sekitar 15,75 persen namun dengan kecenderungan bunga tabungan dan deposito saat ini kemungkinan masih dapat turun. Menurutnya, dengan kecenderungan turunnya suku bunga saat ini diperkirakan bunga kepemilikan Rusuna dapat ditekan sampai dengan 14,5 persen dengan asumsi bunga tabungan dan deposito 9,25-9,5 persen. Diakuinya Wapres Jusuf Kalla minta agar dari bunga deposito dan tabungan sekitar 9 persen itu ditambah tiga persen, namun permintaan itu sulit diwujudkan karena BTN juga harus mempertimbangkan biaya-biaya. Menurut perhitungan dibutuhkan tambahan lebih dari tiga persen yakni untuk premi resiko 1,5 persen ditambah profit margin 1,5 persen, belum termasuk biaya (overhead). "Sehingga pasti lebih dari tiga persen," ucapnya. Akan tetapi diharapkan pemerintah dapat memfasilitasi dengan diberikannya subsidi selisih bunga karena dalam Rakor tersebut Menpera mengusulkan biaya subsidi sebesar Rp10 juta, Rp20 juta, dan Rp30 juta tergantung golongan penghasilannya. Saat ini pemerintah memberikan subsidi yang besarnya Rp5 juta, Rp7 juta, dan Rp9 juta yang baru diterapkan untuk Rumah Sederhana Sehat (RSh). Dana subsidi itu disamping dapat dipergunakan untuk keringanan uang muka juga dapat digunakan sebagai subsidi selisih bunga.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007