Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi I DPR, Mayor Jenderal TNI (Purnawirawan) TB Hasanuddin, meminta jajaran TNI AD dan TNI secara umum harus segera melakukan evaluasi terhadap bintara dan perwiranya, termasuk soal penggunaan senjata.

Hal itu dikatakan Hasanuddin terkait penembakan hingga tewas di tempat yang dilakukan Sersan Satu Yoyok Hadi terhadap seorang tukang ojek, Marsin Jasmani, di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, kemarin (3/11). 

"Dari kasus ini, TNI disarankan melakukan evaluasi ulang terhadap personil-personil intelnya. Adakah personil intel TNI yang belum lolos tes psikologi. 

"Khusus mengenai senjata, beberapa satuan TNI memang mengizinkan aparat intelnya membawa senjata genggam (pistol) untuk tugas-tugas khusus. Tapi dengan kejadian ini perlu adanya peraturan lebih ketat lagi terhadap izin membawa senjata," kata Hasanuddin, secara tertulis, Jakarta, Rabu.

Biasanya, sambung mantan sekretaris militer Presiden Megawati dan SBY itu, seorang aparat intel baik bintara maupun perwira pernah mengikuti pendidikan kejuruan Intel dan sudah lolos mengikuti test psychologi, dia mestinya tenang, menguasai keadaan dan mampu mengendalikan diri. 

"Mengapa hanya karena senggolan saja emosinya meledak tak terkendali dan langsung menembak," kata dia.

Terkait penembakan itu sendiri, ia mengecam keras dan perbuatan itu adalah perbuatan tak terpuji dan sadis.

"Tidak terpuji, karena selama ini para perwira/pimpinan TNI setiap hari selalu menekankan perlunya mendekat dan dekat dengan rakyat karena TNI bagian yang tak terpisahkan dari rakyat," kata dia. 

"TNI wajib bersikap ramah terhadap rakyat. Perbuatan bintara itu kebalikan dari arahan yang disampaikan para pemimpin TNI dan merusak kehormatan TNI," politisi PDI Perjuangan itu.

Selain tak terpuji, hal yang dilakukan Hadi juga perbuatan sadis.

"Itu merupakan perbuatan yang sadis dan tidak terpuji. Sadis hanya karena serempetan sedikit saja (bahkan tak melukai pelaku) tapi sampai hati langsung membidik kepalanya," kata Hasanuddin. 

Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Ade P Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2015