Sleman (ANTARA News) - Ekploitasi sungai dengan pengerukan material golongan C yang sudah berlebihan di sungai berhulu Gunung Merapi saat ini berdampak lebih buruk dibandingkan terjadinya erupsi, kata pakar geologi Subandriyo.

"Ekploitasi dengan pengerukan material yang berlebihan ini pemulihannya akan membutuhkan waktu lama, bahkan ratusan tahun," kata Subandriyo di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu.

Menurut Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Gerakan Tanah, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral ini, penambangan pasir atau galian C yang tanpa batas, akan mengganggu keseimbangan lingkungan dan mengancam lingkungan.

"Meski termasuk bencana tersier, namun bisa menimbulkan kerusakan lingkungan yang lebih dahsyat dibandingkan bencana sekunder yaitu lahar dan bencana primer erupsi itu sendiri," katanya.

Ia mengatakan, kerusakan lingkungan akibat ekspolitasi tidak bisa seketika pulih. Membutuhkan waktu ratusan tahun untuk mengembalikannya.

"Sementara, bencana primer berupa erupsi tersebut karena alam yang sedang menjaga keseimbangannya," katanya.

Subandriyo berharap agar material yang dimuntahkan Gunung Merapi saat erupsi tidak semata-mata hanya dilihat dari Galian C.

"Namun, ini harus dimaknai bahwa ada suatu keseimbangan alam yang harus dijaga," katanya.

Penambangan pasir di hulu sungai Merapi ini memang sampai kini masih terus terjadi. Baik di Sungai Gendol, Opak, maupun Kuning, di Kabupaten Sleman.

Penjabat Bupati Sleman Gatot Saptadi mengakui saat ini memang masih ada pelaku penambangan, meski hanya dilakukan memakai alat manual.

"Dulu itu kegiatan normalisasi aliran sungai. Tapi sekarang sudah tidak, dan itu memang sudah melebihi area yang diambil pasirnya. Seharusnya, baik memakai alat berat maupun manual, harus hilang," katanya.

Ia mengatakan perlu adanya suatu ketegasan, terutama oleh penegak hukum, meski membutuhkan waktu.

"Butuh waktu juga untuk pemulihannya, dan harus berkoordinasi dengan banyak pihak," katanya. 

Pewarta: Victorianus SP
Editor: Tasrief Tarmizi
COPYRIGHT © ANTARA 2015