Jakarta (ANTARA News) - PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (Telkom) mengklaim kehilangan pendapatan sekitar Rp15-18 miliar akibat putusnya sekitar 132 ribu satuan sambungan telepon (SST) selama banjir melanda kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) beberapa hari lalu. "Atas putusnya sekitar 132 ribu SST itu Telkom kehilangan potensi revenue (pendapatan) total sekitar Rp15-18 miliar," kata Direktur Utama PT Telkom, Arwin Rasyid kepada wartawan di Jakarta, Kamis. Kerugian pendapatan tersebut paling besar akibat kerusakan di trunk 2, 4, dan 5 di Sentral Telepon Otomat (STO) Semanggi 2 sebesar Rp6-8 miliar karena trunk ini merupakan Sambungan Langsung Jarak Jauh (SLJJ) dan Sambungan Langsung Internasional (SLI). Selain itu kehilangan pendapatan juga berasal dari abodemen sekitar Rp4-5 miliar, kehilangan traffic voice khusus di STO Semanggi 2 sekitar Rp2-2,5 miliar, kehilangan pendapatan dari rusaknya RK sekitar Rp0,5-1 miliar, kehilangan dari interkoneksi (incoming) sekitar Rp1-1,6 miliar dan kehilangan dari layanan internet Speedy sekitar Rp0,3-0,5 miliar. Ia mengatakan kerugian itu hanya potensi pendapatan yang seharusnya diperoleh dari pelanggan, sedangkan kerugian akibat kerusakan infrastruktur tidak terlalu besar karena sudah diasuransikan. Ketika ditanya apakah kerugian yang menimpa PT Telkom itu akan mencederai sisi profitabilitas yang akan diterima PT Telkom 2007, Arwin mengatakan tidak akan mencederai. Ia mengatakan kerugian baik hilangnya potensi pendapatan dan infrastruktur yang sementara ini diperkirakan Rp18 miliar itu masih jauh lebih kecil dibanding pendapatan di Divisi Regional II Jakarta saja yang bisa mencapai Rp8-10 triliun per tahun. Selain itu, kata Arwin, jumlah pelanggan Telkom di Divre II Jakarta ini saja ada sekitar 8,5 juta pelanggan dan yang terkena gangguan hanya sekitar 132 ribu saja. "Jadi target pertumbuhan pendapatan sebesar 15 persen di tahun 2007 ini diharapkan tidak berubah," kata Arwin.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2007