Kismayu, Somalia (ANTARA News)- Ledakan menghantam satu lokasi di Somalia, Minggu, untuk menyambut para pejabat senior keamanan di pelabuhan selatan, mencederai paling tidak 20 orang termasuk seorang komandan polisi, kata para saksimata. Serangan di Kebun Kemerdekaan Kismayu adalah yang terbaru pasca pertumpahan darah di negara Tanduk Afrika itu, yang hampir tiap hari dilanda aksi kekerasan sejak pasukan pemerintah sementara yang didukung tentara Ethiopia mengusir gerakan Islam pada Tahun Baru lalu. "Itu adalah satu ledakan dan orang lari untuk menyelamatkan diri mereka, semua berteriak bom, bom ," kata Mohamed Daud, yang berada di kerumunan massa itu. "Polisi mulai melepaskan tembakan ke segala arah. Sebagian besar mereka yang cedera adalah warga sipil , dan saya mendengar dua orang tewas." Seorang saksimata Reuters mengatakan kepala polisi Somalia selatan, Jenderal Ahmed Mohamed, luka di kaki dan muka akibat kena pecahan bom. Berbicara melalui telepon dari kota Baidoa menteri pertahanan pemerintah sementara , Abdikadir Adan Shire, mengatakan para pejabat militer dan pemimpin daerah menghadiri acara itu. "Saya tahu sejumlah pejabat senior termasuk di antara mereka yang cedera," kata Shire. "Saya juga mendengar ada orang yang meninggal, tapi kami belum menerima laporan lengkap." Pemerintah mengatakan sisa-sisa milisi Islam yang berikrar akan melancarkan perang gerilya berada dibelakang serangan mortir, roket dan senjata api hampir tiap hari sejak gerakan itu lari ke hutan. Kismayu , kota terakhir yang dikuasai milisi Islam , relatif aman. Tapi tiga pekan lalu , pria-pria bersenjata yang tidak dikenal membunuh seorang tentara Ethiopia dan mencederai seorang lainnya dalam baku tembak di pelabuhan yang terletak 300km selatan Mogadishu. Serangan paling banyak terjadi di ibukota itu, di mana penduduk mengatakan sejumlah aksi kekerasan baru-baru ini mungkin disebabkan para panglima perang yang bermusuhan segera pulang ke ibukota itu setelah milisi Islam pergi. Dewan pengadilan Islam Somalia menguasai sebagian besar wilayah selatan negara itu dengan hukum Islam yang ketat selama sekitar enam bulan . Negeri itu tanpa pemerintah pusat yang kuat sejak diktator Mohamed Siad Barre disingkirkan tahun 1991.(*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007