Conakry (ANTARA News) - Seorang tentara diamuk massa dan badannya dibakar oleh kerumunan yang marah, Sabtu di Guinea, Afrika barat Kekerasan yang terus-menerus untuk menuntut presiden mengundurkan diri telah menambah jumlah korban tewas sedikit-dikitnya 12 orang lagi. Kerumunan orang membunuh tentara itu setelah dia menembak ke arah pengunjuk rasa dan menewaskan dua orang. Peristiwa tersebut terjadi di Kankan, 600 kilometer sebelah timur ibukota Konakri. Tentara itu adalah korban militer pertama dalam kerusuhan yang sudah menyebabkan paling tidak 60 selama tiga pekan. Sementara itu, pihak oposisi minta Presiden Lansana Conte, (72), yang sudah berkuasa selama 23 tahun, mundur. Kerusuhan terbaru pecah menyusul penunjukan orang dekat presiden untuk posisi perdana menteri. Pihak oposisi dan serikat pekerja menentang pengangkatan itu karena menganggap pejabat baru, Eugene Camara, merupakan orang yang sangat dekat dengan presiden. "Dia tidak cakap. Dia seorang "yes-man` Dia akan melakukan apapun yang diperintahakan Lansana Conte," kata seorang pemuda pengunjuk rasa. Para demonstran mendirikan barikade dan membakar ban untuk merintangi jalan utama. Serikat pekerja, Jumat, menuntut Camara segera mengundurkan diri dan seorang jurubicara bagi 14 partai oposisi mengatakan protes telah berubah menjadi "pemberontakan yang hanya bisa berakhir dengan kepergian Lansana Conte." Para pemuda perusuh menjarah dan kadang-kadang membakar gedung umum di beberapa kota kecil di bagian tengah negara miskin itu. Guinea adalah eksportir utama dunia bauksit, bahan penting untuk membuat alumunium. Negara seluas 245.900 kilometer persegi dengan penduduk 7,2 juta jiwa itu berbatasan dengan Sierra Leone, Liberia, Senegal, Guinea-Bissau, Mali dan Pantai Gading. Perdana Menteri Camara merupakan orang yang membangun karier sebagai aparatur pemerintahan dan dipandang moderat. Dia akan mempunyai lebih banyak kekuasaan daripada pendahulunya dan akan mengepalai pemerintah, tugas yang dilakukan oleh presiden sejak merdeka dari Perancis pada 1958. Conte merebut pemerintahan pada kudeta tahun 1984 dengan kematian presiden pendiri negara tersebut, Sekou Toure.(*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007