Jakarta (ANTARA News) - Presiden RI periode 1999-2001, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), akan mengumpulkan sekira 3.000 kiai yang disebutnya "kiai kampung" di Pondok Pesantren Al Munawaroh, Ciganjur, Jakarta Selatan, Minggu (18/2). Sekretaris Dewan Syuro Dewan Pimpinan Pusat (DPP PKB) Muhyidin Arubusman, di Jakarta, Kamis, menjelaskan bahwa pertemuan antara Gus Dur selaku Ketua Umum Dewan Syuro DPP PKB dengan para kiai dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan Cianjur tersebut dikemas dalam Majelis Silaturahim Ulama Rakyat (Masura). "Acara ini diharapkan mempertegas kembali komitmen dan meningkatkan peran ulama rakyat terhadap upaya pemberdayaan masyarakat," kata Muhyidin, yang juga menjadi ketua panitia acara tersebut. Istilah "kiai kampung" digunakan Gus Dur untuk membedakan dengan para kiai sepuh atau khos yang mengasuh pondok pesantren besar seperti Langitan dan Tebuireng. Gus Dur menilai, "kiai kampung" didefinisikan sebagai alumni pesantren yang memilih berperan pada wilayah pinggiran, menerobos ke tempat-tempat yang jarang ditembus penguasa. Para "kiai kampung" itulah, menurut dia, yang dinilai Gus Dur berada langsung di "jantung" masyarakat sehingga mereka lebih mampu memahami kondisi dan dinamika yang terjadi, serta membaca kebutuhan masyarakat. Menurut Muhyidin, para "kiai kampung" selama ini tidak banyak kelihatan dan tidak banyak diperhatikan dibanding dengan kiai pesantren. Padahal, ia berpendapat, dalam kenyataannya ulama berbasis rakyatlah yang memiliki hubungan langsung dengan umat. Mereka yang masih terus-menerus menjaga dan mempertahankan umat dari godaan-godaan, termasuk derasnya arus politik dan kekuasaan. "Sedangkan, di sisi lain, akhir-akhir ini beberapa ulama pesantren, yang disebut Gus Dur sebagai kiai sepuh, cenderung membawa agama pada ranah kontestasi politik elit dan perebutan kekuasaan," katanya. Sementara itu, Sekretaris Jenderal (Sesjen) DPP PKB, Lukman Edy, menegaskan bahwa pertemuan Gus Dur dengan para "kiai kampung" tersebut bukanlah mobilisasi yang dilakukan partainya. "Ini bukan pengerahan massa. Para kiai yang diundang teridentifikasi dengan baik dan diakui keberadaannya oleh masyarakat. Selain itu, acara ini juga berangkat dari usulan mereka," katanya. Sedangkan, Wakil Ketua Umum Dewan Syuro DPP PKB HZ Arifin Junaidi menambahkan, hampir tiap hari ada sejumlah kiai yang menemui Gus Dur untuk meminta penjelasan karena seakan-akan ada kesenjangan (gap) antara Gus Dur dengan kiai. "Nah, acara ini merupakan respon DPP PKB atas persoalan itu. Rapat pleno PKB telah memutuskan akan menggelar kegiatan serupa di daerah-daerah, termasuk di Luar Jawa," katanya. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007