Jakarta (ANTARA News) - Sekitar 35 persen pedagang pasar tradisional di Jakarta kehabisan modal akibat banjir besar yang melanda wilayah ini dan sekitarnya dua pekan lalu. Dari 151 pasar tradisional yang ada di Jakarta, kurang lebih 35 persen diantaranya kehabisan modal, sementara 65 persen sisanya berada dalam kondisi yang memprihatinkan," kata Hasan Basri, Sekretaris Jendral Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) di Jakarta, Jumat. Menurut dia, memang terlihat dari luar bahwa kehidupan di pasar berjalan seperti biasa dan para pedagang dalam kondisi yang baik-baik saja, tetapi jika kita mencermati lebih dalam dan mengalami sendiri apa yang dirasakan oleh para pedagang, kita baru akan tahu kondisi sebenarnya. "Ketika banjir melanda Jakarta dan daerah sekitarnya, pasokan barang ke beberapa pasar praktis berhenti karena distribusi barang tidak lancar, hal tersebut mengakibatkan kegiatan transaksi ekonomi di pasar juga mengalami stagnasi," katanya. Pemerintah, kata dia sudah diperingatkan mengenai hal tersebut, karena cuaca yang tidak tertebak, sehingga akibat lebih lanjutnya adalah harga-harga barang di pasar merangkak naik. "Pedagang sendiri tidak menginginkan harga-harga barang kebutuhan pokok tersebut menjadi tinggi, tetapi apa boleh buat, harga yang dipasang para pemasok memang sudah sangat tinggi," kata dia. Ia mengatakan, sebagian besar pedagang di pasar tradisional, ketika banjir datang dan pasokan barang terhambat sudah menguras habis seluruh modal yang ia miliki demi untuk mempertahankan usaha dan hidupnya. "Kerugian yang diderita oleh para pedagang itu tidak terhitung nilai dan beragam jenisnya, karena segala harta benda mereka sudah terkuras habis," ujar dia. Basri mengatakan, APPSI sebagai organisasi pelaku ekonomi di pasar tradisional akan segera melakukan inventarisasi para pedagang yang modalnya habis guna meminta bantuan modal kepada pemerintah. "Kami berharap pemerintah memberikan perhatian kepada para pedagang untuk memberikan bantuan modal usaha, supaya para pedagang dapat segera memulai usaha mereka kembali dengan normal," kata dia. Hal tersebut, ujarnya, adalah sebuah kebutuhan yang mendesak, karena jika pemerintah tidak memberikan perhatiannya akan muncul sebuah kelompok miskin baru yang pada akhirnya akan merepotkan pemerintah juga. "Setiap pedagang membutuhkan bantuan modal yang sungguh bervariasia antara Rp 2,5 juta untuk para pedagang sayur dan kurang lebih Rp 25 juta untuk para pedagang pakaian," ucapnya. Ia menambahkan, kondisi pasar terutama para pedagangnya akan kembali normal bergantung dari kebijakan pemerintah dalam mengimplementasikan bantuan kepada para pelaku pasar tradisional tersebut. "Semoga saja pemerintah mau mendengarkan dan pada akhirnya mau membantu kami para pedagang kecil ini," ucap dia. (*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007