Damaskus (ANTARA News) - Serangan udara ditingkatkan terhadap posisi ISIS, Minggu (6/12), di Suriah, sehingga menewaskan dan melukai puluhan anggota kelompok itu, kata beberapa pegiat dan media lokal.

Sementara itu Presiden Suriah Bashar al-Assad mengecam upaya anti-teror Prancis dan Inggris sebagai kekurangan itikad dan visi untuk mengalahkan ISIS.

Beberapa pesawat tempur, yang diduga milik Rusia, melancarkan lebih dari 45 serangan udara terhadap posisi IS di Kota Kuno Palmyra di Suriah Tengah, sehingga menewaskan sejumlah orang, kata Observatorium Suriah bagi Hak Asasi Manusia.

Kelompok pengawas yang berpusat di Inggris tersebut menyatakan serangan udara itu ditambah dengan pertempuran darat antara tentara Suriah dan anggota ISIS di dekat Palmyra, yang diserbu oleh IS pada Mei lalu dan berada di pinggiran timur Provinsi Homs di Suriah Tengah.

Di ibu kota de fakto wilayah yang dikuasai IS di Suriah Utara, Ar-Raqqa, sebanyak 7- anggota IS tewas atau cedera ketika beberapa pesawat tempur --yang diduga milik koalisi anti-teror pimpinan AS-- menyerang posisi mereka di bagian timur dan utara Ar-Raqqa, kata Observatorium tersebut.

Sebanyak 15 ledakan keras akibat serangan udara itu, katanya, mengguncang posisi IS di Aq-Raqqa.

Observatorium tersebut menambahkan serangan udara Suriah terhadap posisi gerilyawan di pinggiran timur Ibu Kota Suriah, Damaskus, menewaskan tak kurang dari 13 orang pada Ahad.

Sementara itu, kantor berita resmi Suriah, SANA, melaporkan pasukan Suriah --yang didukung oleh serangan udara Rusia-- menewaskan sedikitnya 55 anggota IS dan gerilyawan lain dari kelompok yang menamakan diri Tentara Penaklukan dalam operasi terpisah militer di pinggiran Provinsi Hama di Suriah Tengah dan Provinsi Idblib di bagian barat-laut negeri tersebut.

Serangan udara terhadap IS telah ditingkatkan setelah serangan mematikan di Paris pada November, sehingga menewaskan lebih dari 120 orang ketika beberapa penyerang mengamuk di beberapa kabupaten.

Setelah serangan itu, yang diklaim oleh ISIS, Paris meningkatkan serangan udara terhadap posisi IS di Suriah. Dan Inggris baru-baru ini telah bergabung dengan koalisi anti-teror pimpinan AS untuk menggempur IS di Suriah. Jerman belakangan telah menyatakan negara tersebut juga akan memperluas perang melawan IS di Suriah.

Beberapa pejabat Suriah telah berulangkali memuji serangan udara Rusia sebagai efektif, dan pada saat yang sama menyampaikan keraguan mengenai koalisi pimpinan AS, terutama keterlibatan Prancis dan Inggris belakangan ini.

Di dalam wawancaranya baru-baru ini dengan harian Inggris, Sunday Times, Presiden Bashar al-Assad mengatakan, "Kami tahu sejak awal bahwa Inggris dan Prancis adalah pelopor dalam mendukung pelaku teror di Suriah, mulai awal sekali konflik ini."

Bashar menekankan bahwa "itu hanya sah ketika keikut-sertaan tersebut melalui kerja sama dengan pemerintah yang sah di Suriah. Jadi, saya ingin mengatakan mereka (Prancis dan Inggris) tidak memiliki keinginan dan mereka tak memiliki visi mengenai cara mengalahkan aksi teror".

Presiden Suriah tersebut mengatakan sejak koaliai AS memulai operasinya setahun lalu, kelompok gerilyawan seperti IS dan Front An-Nusrae, yang memiliki hubungan dengan Al-Qaida, telah berkembang secara bebas. Ditambahkannya, setelah serangan udara Rusia dua bulan lalu, aksi kelompok itu mulai menyusut.

"Jenis operasi (serangan Prancis dan Inggris) ini seperti memotong kanker yang akan membuatnya menyebar di dalam tubuh dengan lebih cepat," kata al Assad.

Editor: Ade P Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2015