Tulungagung (ANTARA News) - Jalur lalu lintas dari Kota Tulungagung menuju Pantai Popoh melalui daerah Bandung, Jawa Timur, terputus menyusul patahnya tiang jembatan Sungai Singkil, Sabtu sore, setelah diguyur hujan sejak siang hari. Akibatnya arus lalu lintas dari daerah Bandung menuju Pantai Popoh dialihkan melalui pertigaan Campur Darat, menuju ke selatan atau memutar lebih jaauh sekitar 20 kilometer. "Jembatan Singkil sudah tidak bisa dilalui kendaraan roda empat karena sangat berbahaya bagi para pengguna jalan," kata petugas Polsek Besuki, Tulungagung, Bripda Sugeng, kepada ANTARA. Menurut dia, satu dari empat tiang jembatan yang dibangun di masa Kolonial Belanda di Desa Tanggul Kundung, Kecamatan Besuki, itu patah sehingga permukaan jembatan amblas. "Memang jembatan ini sudah tua, sehingga tiangnya banyak yang lapuk dan sangat rentan patah jika arus sungai deras, apalagi kalau disertai hujan lebat," ujarnya saat ditemui di lokasi. Kendati jembatan itu sudah tua, namun sampai sekarang belum pernah ada perbaikan, padahal jembatan tersebut menghubungkan jalur utama antara Pantai Popoh dan Pantai Sidem dengan beberapa daerah lain. Sehingga terputusnya jembatan itu, menyebabkan distribusi ikan dan hasil laut para nelayan di Pantai Popoh dan Pantai Sidem menuju ke Trenggalek, Ponorogo, dan beberapa daerah lain di sebelah barat Kabupaten Tulungagung, menjadi terhambat. Sampai berita ini diturunkan, tidak ada upaya apapun dari Pemerintah Kabupaten Tulungagung untuk menangani terputusnya jalur distribusi hasil laut para nelayan tersebut. Sementara itu hujan yang terjadi sejak pukul 15.00 WIB juga menyebabkan beberapa titik di jalur utama Kediri-Tulungagung tergenang air hingga mencapai ketinggian antara 10 sampai 20 sentimeter. Genangan air paling parah terjadi di ruas jalur antara Ngadiluwih dengan Kras, tinggi genangan mencapai 20 sentimeter sehingga terjadi kemacetan panjang di ruas jalur tersebut. Selain hujan, genangan air yang terjadi di Ngadiluwih (Kediri) dan Ngantru (Tulungagung), juga disebabkan oleh luapan beberapa anak Sungai Brantas.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007