Ambon (ANTARA News) - Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Mulyono mengatakan TNI adalah rakyat dan rakyat adalah TNI, serta rakyat Indonesia adalah ibu kandung TNI.

"Saya ingin mengingatkan kembali apa yang disampaikan oleh Presiden RI Joko Widodo dan Panglima Jenderal TNI Gotot Nurmantyo pada peringatan Hari TNI ke-70 tanggal 5 Oktober lalu, yakni TNI adalah Rakyat dan Rakyat adalah TNI, serta Rakyat Indonesia adalah Ibu Kandung TNI," kata Jenderal Mulyono, di Ambon, Selasa.

Jenderal Mulyono mengatakan hal itu, dalam sambutan tertulis yang dibacakan Kepala Staf Kodam XVI/Pattimura, Brigjen TNI M.B Taufik, pada Upacara Peringatan Hari Juang Kartika Tahun 2015 yang digelar di Lapangan Merdeka Ambon.

Menurut Jenderal Mulyono, TNI AD tidak hanya tentara yang lahir dan terbentuk dari rakyat pejuang, tetapi selalu dan akan terus berjuang bersama rakyat. Karena sejarah telah membuktikan bahwa selama 70 tahun masa pengabdiannya, TNI AD tidak dapat dilepaskan dari rakyat.

"Hari Juang Kartika yang kita peringati hari ini, terkait erat dengan salah satu peristiwa bersejarah tentang kebersamaan nyata TNI AD dengan rakyat. Pada tanggal 15 Desember 1945, di Kota Ambarawa, Jawa Tengah, para pejuang pendahulu TNI AD bahu membahu bersama rakyat mempertahankan setiap jengkal tanah dari ancaman musuh yang ingin menjajah kembali bumi pertiwi," katanya.

Ia mengatakan, ketika itu, pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dibawah Pimpinan Kolonel Soedirman, sebagai Komando Divisi V Banyumas, berjuang bersama-sama rakyat untuk mengusir tentara sekutu keluar dari Ambarawa.

"Dengan persenjataan sederhana dan sarana seadanya namun disertai semangat juang yang tinggi, keuletan, keberanian, sikap rela berkorban dan pantang menyerah akhirnya mampu menghadapi pertempuran sengit itu, dengan hasil gemilang," ungkap Mulyono.

Dikatakan, episode perjuangan yang kemudian dikenal dengan Palagan Ambarawa inilah, yang kemudian ditetapkan sebagai tonggak Hari Juang Kartika. Palagan Ambarawa telah menjadi tonggak sejarah perjuangan TNI AD dalam melindungi keselamatan bangsa, menegakkan kedaulatan negara, serta menjaga keutuhan NKRI.

"Dari peristiwa heroik ini, kita mendapatkan teladan nyata dari para pahlawan bangsa tentang bagaimana menjalankan setiap panggilan tugas negara. Semangat juang seperti inilah yang selayaknya terus digelorakan dalam jiwa dan ditanamkan dalam hati sanubari setiap prajurit TNI AD," ujarnya.

Karena itu, lanjut Jenderal Mulyono, sebagai salah satu pilar penopang bagi tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), TNI AD tidak hanya harus menjadi kekuatan yang profesional, kuat, kokoh dan hadal, tetapi juga harus selalu manunggal dengan rakyat.

Sejarah telah membuktikan bahwa kebersamaan TNI dan rakyat sebagai satu kekuatan yang sinergis, telah berhasil mengatasi berbagai ancaman, gangguan dan hambatan yang dihadapi bangsa Indonesia.

"Saya berkeyakinan negara kita akan tetap berdiri dengan kokoh, bila rakyat menyatu dengan TNI, serta seluruh komponen bangsa bersatu padu dan bersinergi membangun bangsa. Kita perlu mengingat kembali pesan Panglima Besar Jenderal Soedirman bahwa Negara Indoesia tidak cukup dipertahankan oleh tentara saja, maka perlu sekali mengadakan kerja sama yang seerat-eratnya dengan golongan serta badan-badan di luar tentara," katanya.

Menurut Jenderal Mulyono, pesan Panglima Besar Jenderal Soedirman hendaknya selalu digelorakan dalam hati akan pikiran setiap prajurit TNI AD, serta menjadi landasan moral dalam berpikir, bersikap dan bertindak.

Sejalan dengan kemajuan zaman, TNI AD memang harus terus berkembang dan membangun dirinya menjadi organisasi yang semakin modern dan profesional, tetapi sekali lagi, TNI AD tidak pernah boleh meninggalkan jati diri dan roh perjuangannya sebagai tentara rakyat.

Dalam kaitan itu, di samping terus melakukan kegiatan pembinaan satuan secara berkelanjutan untuk memelihara dan selalu meningkatkan kemampuan tempur sebagai prajurit profesional, TNI AD juga harus terus memelihara kemanunggalannya dengan rakyat, antara lain melalui pembinaan teritorial di seluruh wilayah tanah air.

"Pada momentum peringatan Hari Juang Kartika tahun ini, jajaran TNI AD di seluruh tanah air tidak hanya memperingati, tetapi juga terus melakukan berbagai kegiatan karya bhakti untuk mempelopori dan membantu mengatasi kesulitan rakyat di wilayah masing-masing," ujar Jenderal Mulyono.

Karena itu, berbagai keberhasilan dan prestasi yang telah dicapai TNI AD hingga saat ini, tentu tidak terlepas dari kerja keras dari para sesepuh, para pimpinan, serta pengabdian para pendahulu selama berdinas di satuan jajaran TNI AD.

Sebab, tanpa karya dan pengabdian para pendahulu, TNI AD tentu tidak akan terbentuk sebagaimana wujudnya saat ini.

"Untuk itu, atas nama pribadi dan selaku Kepala Staf Angakatn Darat, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas jasa dan pengabdian yang telah diberikan kepada TNI AD. Kami juga mohon doa restu bagi keberhasilan pelaksanaan tugas pokok dan kemajuan TNI AD ke depan, sebagaimana menjadi harapan dari para sesepuh dan pendahulu TNI AD," katanya.

Sejalan dengan tema Hari Juang Kartika tahun ini, yaitu "Melalui Hari Juang Kartika, Kita Harapkan Jati Diri TNI AD dan Kemanunggalan TNI-Rakyat Guna Mewujudkan Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian".

"Saya berharap agar tema tersebut dipahami, dihayati dan dapat diwujudkan dalam setiap pelaksanaan tugas tanggung jawab prajurit dan PNS TNI AD dimanapun berada dan bertugas," imbuh KSAD Jenderal Mulyono.

Pewarta: Penina Mayaut
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2015