Jakarta (ANTARA News) - Penyakit campak dan komplikasinya mengakibatkan sekira 30.000 anak RI per tahunnya meninggal dunia, kata Menteri Kesehatan (Menkes), Ny. Siti Fadilah Supari, di Jakarta, Senin. "Itu berarti setiap 20 menit, satu anak meninggal karena campak," ujarnya. Selain itu, ia mengemukakan, kecacatan dan kematian penderita campak diakibatkan oleh komplikasi yang ditimbulkan, seperti diare, paru-paru basah, radang telinga dan radang otak. Kejadian penyakit campak, menurut laporan rutin dan laporan Kejadian Luar Biasa (KLB) campak tahun 2002-2005 selalu tinggi pada kelompok anak umur di bawah satu tahun dan antara satu hingga empat tahun, katanya. Ia mengatakan, penyakit sangat menular yang disebabkan oleh paramyxovirus itu, hingga kini masih menjadi salah satu penyebab utama kematian anak dan balita di Indonesia. Untuk mengatasi masalah itu, ia melanjutkan, Pemerintah sejak 1984 menerapkan program imunisasi rutin campak pada bayi usia sembilan bulan. Program imunisasi campak tersebut, kata dia, telah terbukti berdampak nyata terhadap penurunan angka kejadian dan kematian anak akibat campak. Peningkatan cakupan imunisasi campak dari 12,7 persen pada 1984 menjadi sekira 80 persen pada 2000 dan rata-rata 87 persen pada 2006, sehingga berbanding lurus dengan tingkat penurunan kematian akibat campak, ujarnya menjelaskan. "Upaya imunisasi campak tambahan yang dilakukan bersama dengan imunisasi rutin telah menurunkan kematian akibat campak hingga 48 persen. Ini menunjukkan bahwa campak dapat dikontrol dan kematian akibat campak bisa diturunkan dengan imunisasi," katanya menjelaskan. Ia mengatakan, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, tahun ini pemerintah juga berupaya untuk mengendalikan penularan campak pada kelompok balita dan anak sekolah melalui kegiatan imunisasi campak. "Crash program campak untuk menghilangkan kelompok rentan usia balita dilakukan dengan memberikan vaksin campak pada anak usia enam bulan sampai 59 bulan," katanya. Imunisasi campak, kata dia, juga diberikan kepada seluruh siswa kelas satu hingga enam di Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) untuk menghilangkan kelompok rentan usia sekolah. Bila semua kelompok rentan campak berhasil dihilangkan, Menkes mengemukakan, maka angka kejadian penyakit dan kematian akibat campak dapat ditekan hingga serendah mungkin. Ia menjelaskan, kegiatan kampanye imunisasi campak pasca-tsunami 2005 yang dilakukan sejak 2006 terdiri atas empat tahapan. Imunisasi tahap pertama dilakukan di Maluku, Maluku Utara, Irian Jaya dan Papua pada April 2006, bersamaan dengan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio dan tahap keduanya dilaksanakan pada 29 Agustus 2006 di Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Sedangkan, tahap ketiga dan keempat masing-masing akan dilaksanakan pada 20 Februari 2007 di Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur serta pada Agustus 2007 di seluruh provinsi di Kalimantan, Sulawesi, Bali dan NT Barat. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007