Jakarta (ANTARA News) - Maskapai AdamAir sedang menunggu hasil investigasi Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk mengetahui penyebab kecelakaan pesawat AdamAir KI 172 rute Jakarta-Surabaya di Bandara Juada, Surabaya, Rabu sore. "Kita belum tahu, masih nunggu investigasi dari KNKT," kata CEO AdamAir Gunawan Suherman saat dihubungi ANTARA di Jakarta. Sedangkan Direktur Keselamatan dan Keamanan AdamAir Kapten Hartono membenarkan pesawat Adam Air tergelincir di Bandara Juanda Surabaya. "Betul (pesawat AdamAir tergelincir), sekitar pukul 15.30," kata Hartono. Tetapi Hartono belum dapat memberikan keterangan lebih lanjut karena pihaknya belum menerima laporan lengkap mengenai kejadian tersebut. "Sementara laporan mengatakan cuaca hujan. Kemungkinan `hard landing` sehingga pesawat menabrak landasan," terang Hartono. Dari laporan sementara yang diterimanya, Hartono mengatakan setelah pesawat AdamAir tergelincir, pihak bandara Juanda memblokir landasan untuk proses evakuasi penumpang AdamAir. "Setelah mendarat (mereka) memblok landasan, tidak boleh keluar, penumpang kemudian dievakuasi. Kemudian pesawat dipindahkan dari landasan agar tidak mengganggu aktivitas di Bandara," kata Kapten Hartono. Sebelumnya Pesawat maskapai penerbangan AdamAir dengan nomor penerbangan KI 172 yang melayani jalur Jakarta-Surabaya, Rabu sore sekitar pukul 15.20 WIB, mengalami pecah salah satu bannya saat mendarat di Bandara Internasional Juanda Surabaya. Akibatnya, pesawat jenis Boeing 737 tersebut tersungkur di landasan pacu (run way), badan pesawat mengalami retak. Namun, tidak ada korban jiwa pada kejadian tersebut. Beberapa penumpang pesawat naas itu mengakui bahwa badan pesawat mengalami retak dan posisinya melintang di landasan pacu, sehingga bandara Juanda tidak memungkin didarati pesawat lainnya, dan kemungkinan dialihkan ke Bandara Ngurah Rai Bali. Informasi dihimpun, akibat kejadian ini dan cuaca yang buruk --hujan deras-- penerbangan dari Juanda juga harus ditunda sampai empat jam mendatang.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007