Jakarta (ANTARA News) - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengajak seluruh aparatur Kemenag untuk mewujudkan lima nilai budaya kerja Kementerian Agama, yaitu Integritas, Profesionalitas, Inovatif, Tanggung Jawab dan Keteladanan.

“Saya mengajak kita semua, mari mewujudkan lima nilai budaya kerja Kementerian Agama, yaitu Integritas, Profesionalitas, Inovatif, Tanggung Jawab dan Keteladanan,” pesan Menag dalam upacara bendera memperingati Memperingati  Hari Amal Bakti (HAB) Kementerian Agama ke-70,  sebut keterangan tertulis kemenag.go.id.

HAB ke-70 Kemenag tahun 2016 di Lapangan Upacara Jalan Lapangan Banteng Barat 3-4 Jakarta, Minggu (3/1). Upacara di tingkat pusat diikuti selruh pejabat eselon I, II,III, IV serta seluruh pegawai dan anggota Dharma Wanita Persatuan Kemenag.

Tema HAB ke-70 adalah  “Meneguhkan Revolusi Mental Untuk Kementerian Agama yang Bersih dan Melayani”. Peringatan Hari Amal Bakti tahun ini diharapkan memperkuat komitmen aparatur Kementerian Agama terhadap Integritas, Etos Kerja dan Gotong Royong di era revolusi mental sekarang ini.

Menag mengatakan setiap pejabat dan birokrat hakikatnya adalah pamong, khadim dan pelayan masyarakat, bukan pangreh dan priayi dalam struktur budaya kolonial dan feodal.

Menag menjelaskan, dalam beberapa tahun terakhir, Kementerian Agama telah melakukan percepatan Reformasi Birokrasi yang menghasilkan peningkatan kinerja cukup signifikan. Kementerian Agama telah menerapkan audit kinerja, meningkatkan akuntabilitas publik, menata kedisiplinan pegawai, mencegah potensi terjadinya korupsi serta mengembangkan pelayanan berbasis teknologi informasi.


Dalam peringatan HAB yang serentak dilakukan seluruh pegawai Kemenag di Tanah Air, Menag menyampaikan apresiasinya kepada jajaran aparatur di seluruh Indonesia yang telah menunjukan loyalitas, prestasi kerja dan dedikasi dalam upaya membangun sistem birokrasi modern dan profesional yang menjadi tujuan kita bersama.

“Sejalan dengan itu, saya mengajak saudara sekalian marilah menjadi pelaku dan inspirator perubahan ke arah perbaikan,” katanya


Menurut Menag, perubahan harus dilakukan dengan membangun sistem, sebagaimana ungkapan bijak menyatakan, Dalam sistem yang baik, orang yang tidak baik menjadi orang baik. Tapi dalam sistem yang buruk, orang yang baik bisa menjadi tidak baik.


“Semua langkah dan upaya Reformasi Birokrasi bukan saja untuk meminimalisir penyimpangan dan malpraktik birokrasi, tetapi sekaligus untuk menciptakan lingkungan positif bagi setiap orang untuk berkarya dan berprestasi sesuai bidang dan kompetensinya,” ujar Menag.


Bagi Menag, birokrasi dituntut untuk berpikir out of the box serta melakukan perubahan guna meraih kebaikan dan kemaslahatan yang lebih luas. Sebagai institusi yang membawa nama “agama”, orientasi kerja sebagai pejabat dan aparatur Kementerian Agama haruslah mencerminkan kemuliaan agama.


“Para pejabat dan aparatur Kementerian Agama di manapun harus bisa menjadi teladan dan contoh tentang kejujuran, sikap amanah, karakter dan perilaku baik di tengah masyarakat, di mana antara kata dan perbuatan haruslah sejalan,” ucap Menag.


Pada kesempatan tersebut, Menag memberikan penghargaan secara seimbolis Satyalancana Karyasatya bagi pegawai yang telah mengabdikan diri di Kemenag selama 10, 20, dan 30 tahun. Selain itu, pada momen upacara tersebut diberikan beasiswa bagi putra putri karyawan golongan I dan II oleh Penasehat DWP Kemenag Trisna Willy Lukman Hakim.





Editor: Unggul Tri Ratomo
COPYRIGHT © ANTARA 2016