Ternate (ANTARA News) - Gempa tektonik berkekuatan 6,6 skala Richter yang melanda Labuha, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara (Malut), Selasa sore (20/2), mengakibatkan rusaknya puluhan rumah warga dan gedung fasilitas umum. Sekretaris Satlak Penanggulangan Bencana Pemkab Halmahera Selatan (Halsel), Hamka A. Razak. ketika dihubungi, Kamis, mengatakan pihaknya baru saja menerima laporan dari Pulau Mandioli bahwa di pulau itu ada 29 rumah warga dan sebuah sekolah yang rusak. Tim Satlak Penangulangan Bencana Halmahera Selatan telah diberangkatkan ke pulau itu untuk melihat keadaan warga yang rumahnya rusak akibat gempa itu. Pulau yang dihuni ribuan jiwa ini sangat dekat dengan lokasi gempa. "Kemungkinan masih ada rumah warga yang rusak akibat gempa itu, hanya laporannya belum disampaikan ke kita. Untuk itu, kami terus melakukan pengecekan ke seluruh daerah di Halmahera Selatan," katanya. Satlak mengalami kesulitan untuk mengetahui secepatnya dampak gempa yang terjadi pada Selasa sore itu, karena Halsel merupakan daerah kepulauan dan belum didukung dengan sarana telekomunikasi dan transportasi yang memadai. Hamka mengemukakan saat ini masih banyak warga Labuha yang bertahan di tempat pengungsian. Mereka masih takut kembali ke rumah karena khawatir akan terjadi gempa susulan yang disertai tsinami. Warga yang bertahan di tempat pengungsian itu umumnya mereka yang rumahnya berada di dekat pantai. Pemkab Halsel telah mendistribusikan bantuan bahan makanan kepada warga yang mengungsi itu. "Kami telah mengimbau mereka untuk tidak panik dan sebaiknya kembali ke rumah karena sesuai laporan dari BMG setempat bahwa gempa yang terjadi Selasa sore itu tidak menimbulkan tsunami," katanya. Sementara itu, keterangan BMG Ternate menyebutkan sejak gempa pertama Selasa sore (20/2) masih terjadi gempa susulan, tetapi kekuatannya semakin lemah yakni hanya 2-3 skala richter dan tidak berbahaya. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007