Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 20 juta kapsul oseltamivir--obat antivirus yang direkomendasikan dalam penanganan pasien flu burung (Avian Influenza/AI)-- akan diproduksi di dalam negeri selama 2007 untuk mendukung upaya pengendalian penularan flu burung di Tanah Air. "Hingga akhir 2006 kita telah memenuhi kebutuhan pemerintah akan obat flu burung sebanyak 9,3 juta kapsul. Tahun ini kita sudah siap memroduksi dua juta dosis atau 20 juta kapsul oseltamivir," kata Direktur Utama PT Indofarma (Persero) Tbk Syamsul Arifin, di Jakarta, Kamis. PT Indofarma adalah produsen farmasi yang pada 9 Februari 2006, melalui Surat Menteri Kesehatan Nomor 079/Menkes/II/2006, ditunjuk pemerintah sebagai penyedia oseltamivir phospate di dalam negeri setelah pemerintah mendapatkan ijin khusus dari Roche (perusahaan pemegang lisensi oseltamivir-red) untuk memroduksi oseltamivir. Syamsul menjelaskan, pihaknya juga siap memenuhi permintaan pemerintah untuk memroduksi 150 juta kapsul senilai kurang lebih Rp150 miliar. Ia menambahkan, meski bahan baku oseltamivir berupa ekstrak kembang lawang (Illicium verum) atau Star anise hingga kini masih harus diimpor dari India namun pihaknya yakin bisa memenuhi pesanan pemerintah akan obat antivirus influenza tipe A itu. "Jumlah pesanan tersebut masih bisa dipenuhi, itu baru 60 persen dari kapasitas produksi," kata Syamsul tentang obat antivirus yang di dalam negeri dijual dengan harga netto apotek Rp120 ribu/dosis itu. Syamsul menjelaskan pula bahwa dalam waktu dekat pemerintah berniat membuat sendiri bahan baku oseltamivir di dalam negeri supaya tidak lagi bergantung pada negara lain. Kembang lawang yang di Indonesia banyak tumbuh di Provinsi Jawa Tengah, Sumatera Barat dan Sulawesi tersebut akan dimanfaatkan untuk memroduksi obat antivirus tersebut. Pemerintah, menurut dia, bekerja sama dengan sebuah perusahaan dari Korea dalam mengekstraksi kembang lawang menjadi bahan baku oseltamivir. Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa di Indonesia oseltamivir hanya diproduksi untuk keperluan pemerintah dan tidak dijual bebas di pasaran seperti yang dilakukan oleh sejumlah negara termasuk Jepang dan Vietnam. Obat antivirus influenza tipe A itu saat ini hanya disediakan di rumah sakit rujukan bagi penderita flu burung dan Puskesmas-Puskesmas di daerah endemi flu burung di Tanah Air. Sebelumnya Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari mengatakan hal itu dilakukan untuk mencegah penggunaan obat secara tidak rasional yang dapat mengakibatkan terjadinya resistensi virus terhadap obat. Kebijakan itu dilakukan sebagai bagian dari kehati-hatian sebab hingga saat ini oseltamivir merupakan satu-satunya obat antivirus yang dinilai bisa menghambat aktifitas virus mematikan tersebut. Tidak seperti obat flu biasa yang hanya menghilangkan gejala kesakitan, oseltamivir bekerja menghambat pergerakan virus sehingga virus tidak menyebar dan menginfeksi organ yang lain.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007