Jakarta (ANTARA News) - Guru besar Fakultas Teknologi Kelautan ITS Ketut Buda Artana mengatakan, bahwa Floating Liquefied Natural Gas (FLNG) adalah contoh infrastruktur berkonsep maritim, sehingga konsepsi pengembangan infrastruktur berbasis darat yang selama ini dianut bangsa dan negara, sudah waktunya diubah bahwa Indonesia adalah negara maritim yang berbasis kepulauan.

Hal tersebut disampaikan Ketut melalui pesan tertulisnya yang diterima, di Jakarta, Kamis, terkait dengan perdebatan antara konsep onshore LNG (OLNG) dan Floating Liquefied Natural GasLNG (FLNG) di Blok Masela, Maluku.

Ketut yang juga koordinator dari Konsorsium Maritim menambahkan bahwa apa yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo bahwa Indonesia sudah terlalu lama memunggungi laut, perlu direnungkan. Banyak negara kontinen sudah berkonsepsi maritim dalam perencanaan infrastruktur, termasuk infrastruktur distribusi energi.

"FLNG di Blok Masela adalah salah satu contoh infrastruktur berkonsep maritim. Bangunan apung ini akan menjadi pusat distribusi gas cair (LNG) ke berbagai wilayah di timur Indonesia. Dengan hadirnya FLNG, dapat dipastikan akan mendorong perkembangan industri maritim Indonesia dengan cepat sehingga dapat mendukung mimpi pemerintah dalam mengembalikan kejayaan Indonesia sebagai bangsa maritim," katanya.

Ketika Menanggapi rencana diskusi grup yang terfokus (FGD) yang akan diselenggarakan oleh SKK Migas dan Kemen-ESDM di Universitas Pattimura, Ambon, Ketut menyatakan bahwa ITS akan memainkan peran sentral dalam kegiatan tersebut.

"ITS bersama-sama dengan konsorsium maritim juga sudah pernah melakukan FGD serupa, membuat kajian dan memberikan rekomendasi yang kami anggap sebagai bagian dari tanggung jawab kami sebagai akademisi. Semakin banyak pemikir yang terlibat untuk dapat menilai kedua konsep yang ditawarkan secara menyeluruh tentunya akan semakin baik bagi proses pengambilan keputusan," ujar Ketut.

Dia menambahkan, ITS dan Konsorsium Maritim siap untuk bersama-sama dengan Universitas Pattimura dan stakeholders lainnya di Maluku, untuk mengkaji dan merumuskan strategi untuk membangun kapasitas SDM Maritim melalui "maritime center" atau pusat kajian maritim yang nantinya menjadi media para peneliti dan akademisi untuk bekerjasama dengan industri dan pemerintah dalam membangun industri berbasis maritim demi kemaFloating Liquefied Natural Gasjuan dunia maritim Indonesia.

"Melalui maritime center tersebut, kegiatan riset terapan bidang maritim yang berorientasi hilir, kegiatan pelatihan SDM, sertifikasi, promosi, inkubasi dan pengembangan prototipe produk pendukung maritim dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan pusat sejenis, salah satunya adalah science and technopark (STP) maritim ITS. Ini akan sangat relevan dengan program pemerintah saat ini, khusunya program dari Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi," katanya.

Pewarta: -
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2016