Yogyakarta (ANTARA News) - Pemerintah Kota Yogyakarta belum menyiapkan tempat khusus untuk menampung warga mantan anggota organisasi Gerakan Fajar Nusantara asal kota tersebut setelah dipulangkan dari Mempawah Kalimantan Barat.

"Saat ini, seluruhnya berada di Asrama Haji Donohudan Boyolali. Kami memang belum menyiapkan tempat khusus. Akan kami koordinasikan dulu," kata Kepala Kantor Kesatuan Bangsa Sukamto di Yogyakarta, Senin.

Menurut dia, warga Kota Yogyakarta mantan anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang dipulangkan dari Mempawah tercatat sebanyak 66 orang yang berasal dari hampir semua kecamatan di Kota Yogyakarta.

Saat ini, seluruh mantan anggota organisasi tersebut sedang menjalani pembekalan sebagai upaya menghilangkan paham-paham radikal yang diyakini selama menjadi anggota organisasi.

"Mereka akan berada di Donohudan selama lima hari dan selanjutnya akan dipulangkan ke DIY. Namun, mereka akan ditampung terlebih dulu di Youth Center Sleman untuk kembali memperoleh pembinaan," katanya.

Pembekalan di Sleman akan dilakukan selama tiga hari sekaligus untuk mendata warga, termasuk asal, tempat tinggal, keluarga dan data kependudukan lainnya untuk mengetahui kebutuhan warga.

"Baru kemudian mereka akan dipulangkan ke rumahnya. Jika memang sudah tidak memiliki rumah atau saudara, maka hal tersebut masih harus dikoordinasikan lebih dulu dengan Pemerintah DIY," katanya.

Ia pun meminta masyarakat dapat menerima kembali mantan anggota organisasi tersebut agar bisa tinggal dan bersosialisasi dengan masyarakat di lingkungannya masing-masing.

Namun, sebelum memulangkan kembali mantan anggota Gafatar ke tempat tinggalnya, Kantor Kesatuan Bangsa Yogyakarta akan mengundang pengurus rukun tetangga tempat anggota organisasi tersebut akan tinggal.

"Harapanya, mereka tetap bisa bersosialisasi dan warga menerima, tidak dikucilkan," katanya yang akan meminta bantuan kepolisian untuk selalu menjaga kondisi keamanan dan ketertiban lingkungan sekaligus melakukan pengawasan.

Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Fitri Supratiwi
COPYRIGHT © ANTARA 2016