Jakarta (ANTARA News) - Sebagian besar pementasan teater di Jepang beberapa tahun terakhir memfokuskan tema dan konsep tentang keluarga berikut konflik dalam rumah tangga yang menyertainya. "Hampir sebagian besar teater di Jepang saat ini lebih banyak mempertunjukkan pementasan dengan tema keluarga," kata Stage Designer for Seinendan Theater Company, Sugiyama Itaru, di Jakarta, Senin. Lulusan International Christian University jurusan arsitektur itu mengatakan, masalah keluarga dan konflik dalam rumah tangga di Jepang kini tengah menjadi problema sosial yang meresahkan. Menurut dosen Obirin University dan Women College of fine Arts, Tokyo, itu, beragam konflik dan peristiwa kerap memicu sebuah keluarga yang semula baik-baik saja menjadi berantakan. "Kerap ada kasus anak membunuh orang tua atau orang tua membunuh anak. Bahkan belakangan ini di Jepang terjadi pembunuhan yang dilakukan oleh remaja kepada kakek dan nenek tetangganya hanya gara-gara uang 3.000 Yen yang tidak seberapa," kata pria yang belajar stage desain di Italia pada 2001 itu. Oleh karena itu, seniman panggung di Jepang banyak menjadikan keluarga sebagai tema utama untuk mempertanyakan kembali kepada masyarakat sebenarnya apa itu definisi keluarga yang sebenarnya. Dalam sejumlah workshop seni panggung yang diberikan Ikaru di berbagai tempat selama delapan tahun terakhir, ia selalu menugaskan peserta untuk membuat pertunjukan bertema keluarga yang berantakan lalu kemudian berakhir bahagia. "Itu tema yang selalu menarik dan mengena bila dijadikan kritik sosial," katanya. Menurut dia, sejumlah penulis ternama seperti Shakespiere dan Anton Chekov juga kerap memfokuskan karyanya dalam tema keluarga. "Roman Romeo dan Juliet itu juga bertema tentang dua individu saling cinta yang harus terpisah untuk menjaga harga diri keluarga. Sedangkan Chekov pernah menulis tentang Three Sister yang berkisah tentang keluarga yang berantakan," kata pria yang akitif memberikan workshop seni panggung di sejumlah negara itu. Ia mengatakan, tema tentang keluarga tidak akan pernah habis digali dan tidak pernah membosankan untuk dipentaskan dalam pertunjukkan panggung.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007