Jakarta (ANTARA News) - Departemen Pertahanan (Dephan) RI di Jakarta, Rabu, membenarkan rencana TNI AU untuk membeli enam unit pesawat tempur Sukhoi dari Rusia dengan menggunakan uang dari kredit negara itu dan bukan tawaran pinjaman Pemerintah Australia sebagaimana diberitakan berbagai media massa nasional edisi Selasa (27/2) dan Rabu (28/2). Kabiro Humas Departemen Pertahanan RI, Brigjen TNI Edy Butar-Butar, dalam penjelasannya kepada ANTARA News, menegaskan, tidak pernah ada penawaran bantuan dari Australia senilai satu miliar dolar AS untuk pengadaan enam pesawat tempur canggih itu. "Logikanya bagaimana. Australia tidak akan memberikan pinjaman dana untuk membeli barang dari negara lain," katanya. Penegasan itu disampaikannya menanggapi pemberitaan media massa nasional yang menyebutkan bahwa TNI Angkatan Udara akan membeli enam pesawat Sukhoi dengan dana bantuan senilai 1 miliar dolar AS dari Australia. Hingga saat ini, tidak pernah tawaran dari Australia untuk pengadaan alat utama sistem senjata (Alutsista) bagi TNI, apalagi pesawat tempur Sukhoi buatan Rusia. Sebelumnya, Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal Herman Prayitno dalam kunjungan kerja di Pekanbaru, Selasa (27/2), mengatakan, rencana penambahan enam pesawat tempur Sukhoi itu menggunakan bantuan kredit dari Australia. "Rencananya kita akan menambah enam pesawat tempur Sukhoi dengan menggunakan bantuan kredit dari Australia," katanya. Menurut catatan ANTARA, proses pengadaan enam unit pesawat Sukhoi itu sedang menunggu proses negosiasi antara Pemerintah Indonesia dengan Departemen Keuangan Rusia dan Kamar Dagang Rusia. Saat ini TNI AU memiliki sedikitnya 228 unit pesawat tempur dan angkut dengan rata-rata kesiapan sekitar 50 persen dari kemampuan minimum. Hingga 2009, TNI AU memprogramkan peningkatan kesiapan rata-rata pesawat tempur dan angkut hingga 80 persen.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2007