Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Jepang menawarkan kepada Indonesia sistem penyiaran digital yang terintegrasi (ISDB-T) yang dapat melakukan penerimaan siaran televisi bergerak dan diam secara jelas. "Pemerintah Indonesia memang telah menetapkan untuk menggunakan sistem fix, tetapi kami masih memiliki kesempatan untuk menawarkan sistem yang fix dan yang mobile," kata Deputi Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Departemen Dalam Negeri dan Komunikasi Jepang, Nakata Mutsumi, di Jakarta, Rabu. Dia mengatakan, model Eropa yang sedang diusulkan tim nasional kepada Menteri Komunikasi dan Informasi Sofyan Djalil hanyalah untuk siaran televisi tak bergerak atau diam, sehingga tidak dapat digunakan pada alat yang bergerak seperti telpon genggam. Sementara itu, menurut dia, ISDB-T yang ditawarkan pihak Jepang merupakan model yang dikembangkan untuk dapat melakukan dua fungsi sekaligus, yakni untuk penerimaan siaran bergerak dan diam. Ia mengemukakan, tidak masalah jika pemerintah Indonesia berencana untuk mengambil model Eropa untuk yang diam, karena ISDB-T dapat digabungkan. Namun, dia berharap, Indonesia dapat memikirkan kembali penawaran pihak Jepang tersebut lantaran Pemerintah Indonesia belum secara legal mengesahkan untuk menggunakan sistem Eropa tersebut. "Siapa tahu perkembangan yang bergerak lebih cepat, mungkin pemerintah Indonesia dapat mempertimbangkannya lagi," katanya. ISDB-T dengan sistem diam sendiri sudah dikembangkan di Jepang sejak tahun 2003, di segmen tertentu saja seperti daerah kota-kota besar. Sedangkan untuk yang bergerak telah dikembangkan sejak April 2006, ujarnya. Dia juga mengatakan 85 persen masyarakat Jepang telah menggunakan model ISDB-T. Hanya tinggal 16 persen yang belum menggunakannya, karena kendala lokasi. "Lokasinya sulit terjangkau dan penduduknya sangat sedikit," katanya. Sementara itu, Direktur Jenderal Sarana Komunikasi dan Diseminasi Informasi, Gde Widiadnyana Merati mengatakan, penawaran yang dilakukan oleh Pemerintah Jepang sedikit terlambat karena tim nasional telah memberikan hasil penelitian dan rekomendasi tentang teknologi siaran televisi digital kepada Menteri Komunikasi dan Informasi Sofyan Djalil. Dia mengatakan, sistem yang Indonesia pilih untuk televisi terrestrial yang diam di rumah, distandarisasi dengan yang digital. Untuk yang bergerak seperti di telpon selular dan mobil tidak distandarisasi, sehingga sistem apa saja dapat dipakai. Menurut Widiadnyana, alasan hanya digunakan yang diam lantaran televisi di rumah warga merupakan yang utama, jangan sampai masyarakat harus menggunakan empat televisi di rumah, karena sistemnya yang berbeda-beda, semua harus standar. Tetapi, katanya menimpali, kalau yang bergerak terserah saja, setiap telpon selular dapat menggunakan sistem yang berbeda. "Timnas sudah rekomendasi sistem yang fix menggunakan DVBD model dari Eropa," ujar dia. Namun, dia mengatakan, ISDB-T bisa untuk keduanya. Jadi sistem yang bergerak masih bisa ditawarkan oleh Jepang. "Silakan saja berjuang untuk yang bergerak, kalau yang diamnya sudah tidak mungkin," katanya. Dia menjelaskan, silakan pihak Jepang berjuang dari segi pasar, karena sistem bergerak tidak diatur oleh regulasi mengingat menjual handset pun tidak diatur karena mempunyai standar masing-masing. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007