"Nama lengkapnya siapa ya, Mbak?" tanya Mimin Ratmini (45) kepada perempuan muda di hadapannya sembari mengutak-atik perangkat lunak dalam telepon pintar yang ada di genggaman.

Mimin bukan sedang tukar menukar akun media sosial. Pekerjaan barunya empat bulan terakhir adalah melayani pendaftaran nasabah bank dengan mencatat pada aplikasi di gawai (gadget) miliknya.

Jangan salah tebak, dia bukan "customer service" atau "teller" bank sebab dia hanya ibu rumah tangga biasa.

Kegiatan pendaftaran nasabah itu pun seluruhnya dilakukan di ruang tamu rumahnya di Desa Gombang, Kecamatan Plumbon, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

"Untuk menjadi nasabah saya syaratnya sangat mudah, hanya perlu membawa KTP dan mencatat nomor telepon genggam karena itu akan menjadi nomor rekening. Setoran tabungan pertama bebas, bahkan Rp1.000 bisa," tutur ibu dari empat anak itu tersenyum.

Sejak Oktober 2015, Mimin memang memutuskan menjadi seorang bankir setelah mendapatkan tawaran dari pihak bank.

Bukan bankir biasa, Mimin adalah seorang agen layanan keuangan tanpa kantor dalam rangka keuangan inklusif (Laku Pandai) yang merupakan program keuangan inklusif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bekerja sama dengan beberapa bank nasional baik swasta maupun bank pemerintah.

Mimin sendiri menjadi agen resmi Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) yang memiliki program Laku Pandai bertajuk "BTPN Wow!".

Kehidupan perempuan berjilbab tersebut berubah sejak saat itu. Dia yang awalnya hanya mengurusi usaha keluarga meliputi foto kopi serta menjual kelengkapan dan peralatan tulis, kini menambah kesibukannya dengan melayani kepentingan nasabah, mulai dari pembukaan rekening, penyetoran hingga penarikan tabungan.

Nasabahnya adalah warga dengan penghasilan rendah dan sebelumnya belum memiliki bahkan mengenal rekening tabungan bank.

Tidak heran, dari ratusan nasabah yang dilayaninya, sebagian besar merupakan pekerja sektor informal seperti asisten rumah tangga, tukang bakso dan tukang bubur.

"Mendaftar menjadi nasabah tidak perlu uang administrasi, bisa dilakukan setiap hari dengan besaran minimal tidak ditentukan. Kan lumayan mereka bisa nabung Rp1.000 atau Rp2.000 per hari, daripada dibuat untuk merokok," ujar Mimin.

Sampai pertengahan Februari 2016, Mimin memiliki lebih dari 200 nasabah, dengan sekitar 120 orang yang aktif. Aktif di sini diartikan sebagai nasabah dengan saldo minimal Rp25.000.

Keuntungannya sebagai agen adalah Mimin berhak mendapatkan komisi dari bank dari setiap transaksi yang dilakukannya, meski jumlahnya tidak banyak.

"Sebenarnya hanya cukup untuk menambah hasil dari usaha yang sudah ada. Namun bukan itu motivasi saya menjadi agen. Saya ingin membantu masyarakat dengan menabung untuk masa depan mereka," kata dia.

Adapun konsep perbankan yang dilakukan Mimin ini cukup sederhana. Setelah mencatat dan melengkapi data di perangkat lunak gawai, calon nasabah akan menerima pesan singkat (SMS) pemberitahuan bahwa pendaftarannya sukses.

Kemudian, nasabah bisa menabung langsung melalui agen, dalam hal ini Mimin, tanpa perlu jauh-jauh ke bank. Selain itu juga bisa melakukan transaksi lain seperti mengisi pulsa sampai membayar listrik dengan tabungannya sendiri, semua melalui telepon genggam.

Sistemnya hampir sama dengan melakukan pengecekan pulsa, memasukkan kode tertentu. Jadi tidak perlu gawai canggih yang mahal dan terkini.

Mimin sendiri tidak menyangka dia mampu menjalankan tugasnya sebagai agen Laku Pandai. Walau tak lama karena terus mendapat pendampingan dari pihak bank, dia tetap butuh waktu untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaan barunya.

Tidak Mudah
Meski tidak ada target dari pihak bank maupun OJK, Mimin giat mencari nasabah dengan berbagai macam cara, baik di pertemuan-pertemuan PKK hingga ke rumah-rumah.

Akan tetapi, tidak mudah untuk menjadi seorang bankir rumahan atau agen Laku Pandai seperti Mimin.

Berbagai rintangan harus dihadapi dari sekedar cibiran sampai usaha pengusiran.

"Awalnya berat karena banyak yang tidak percaya, bahkan beberapa kali saya diusir walau caranya tidak langsung," kata istri dari Widodo tersebut.

Dia tidak pernah menyerah dan akhirnya sanggup mengumpulkan nasabah hingga 200 orang hanya dalam waktu sekitar empat bulan.

"Memang tidak mudah menjadi seorang agen Laku Pandai di tengah banyaknya penipuan berkedok investasi. Masyarakat menjadi tidak mudah percaya," ujar Kepala Kantor OJK Cirebon Mohamad Lutfi.

Dia pun mengapresiasi usaha dan kerja keras Mimin membangun kepercayaan masyarakat yang menjadi nasabahnya.

Penghargaan serupa juga keluar dari Senior Vice President Sales Management Head BTPN Mohammad Reza Rizal.

Menurut Reza, mendapatkan nasabah sejumlah lebih dari 200 orang hanya dalam waktu empat bulan adalah sebuah prestasi.

"Pekerjaan bank sangat dibantu keberadaan agen seperti Ibu Mimin. Ini penting sebagai bagian dari program Laku Pandai untuk menyejahterakan masyarakat," tutur dia.

Rasa syukur alih-alih pujian juga datang dari Ikron, seorang tukang bubur ayam yang saban hari melintas di lingkungan tempat tinggal Mimin.

Pria berumur 30 tahun itu adalah nasabah Mimin sejak empat bulan lalu dan setiap hari setelah bekerja dia selalu menyempatkan menabung di "kantor" Mimin.

Dengan penghasilan bersih sekitar Rp70.000 sampai Rp80.000 per hari, Ikron tidak merasa berat jika menyisihkan sekitar Rp6.000 sampai Rp7.000 setiap menabung.

"Sebelumnya saya tidak pernah menabung di bank. Karena itulah saya merasa sangat terbantu dengan keberadaan Ibu Mimin, berkat dia saya bisa mengumpulkan uang sedikit demi sedikit yang bisa digunakan setiap saat jika diperlukan," ujar pria beranak satu tersebut.

Dengan keberhasilannya, Mimin menjadi salah satu panutan bagi agen-agen Laku Pandai lain di wilayah kerja OJK Cirebon dan di Indonesia pada umumnya.

OJK pun sampai kini masih mencari sosok Mimin-Mimin lain untuk meningkatkan literasi keuangan yang ditargetkan meningkat lima persen di tahun 2016.

"Saya sebagai agen Laku Pandai harus bisa mengubah pola pikir instan dalam masyarakat. Jika warga senang bisa menabung, saya merasa jauh lebih senang karena bisa membantu mereka," tutup Mimin.

Oleh Michael Adiputra Siahaan
Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2016