Jakarta (ANTARA News) - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengharapkan semua pihak bersabar dan memberikan kesempatan bagi Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk berpikir terkait Blok Masela.

"Beri kesempatan Presiden untuk memikirkan dengan baik karena ini adalah proyek yang sangat besar, dan bahkan mungkin uang terbesar kita dalam proyek ini, karena teknologinya baru," kata Sudirman di Gedung Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat.

Sudirman mengharapkan Presiden Jokowi diberi kesempatan berpikir sedalam-dalamnya, karena keberadaan Blok Masela tidak hanya soal teknis komersial, tapi aspek sosial politik, bahkan pertahanan terkait keberadaannya yang dekat dengan Australia dan Papua Nugini.

Ia mengemukakan, hingga kini Presiden Jokowi masih memikirkan fasilitas apa yang terbaik untuk Blok Masela, pasalnya baik kilang di darat (onshore) atau kilang di lepas pantai (offshore) memiliki kelebihan (plus) dan kekurangan (minus) masing-masing.

"Presiden melalui rapat terbatas dua kali sudah menerima dan memahami dengan baik argumen-argumen apakah dibangun di onshore atau offshore. Plus minus sudah tahu dengan baik," ujarnya.

Intinya, menurut Sudirman, apapun keputusannya nanti, tujuannya investor dapat bekerja secara baik dan tenang, kemudian masyarakat setempat mendapat keuntungan yang maksimal dan ekonomi Indonesia mendapat sumber baru karena ada suplai gas baru yang cukup besar.

"Saya kira ini sudah dipikirkan. Tapi, saya tidak bisa mengira-ngira karena sudah di luar otoritas. Saya yakin keputusan nanti yang terbaik bagi kita," tuturnya.

Sebelumnya, Sekretaris Kabinet RI Pramono Anung mengungkapkan dalam mengambil keputusan mengenai pengembangan kilang Blok Masela membutuhkan kesabaran, karena nantinya akan menjadi pembangunan gas terbesar di dunia sehingga keputusan yang diambil harus benar-benar yang terbaik.

Saat ini, terdapat dua opsi yang bergulir terkait pengembangan kilang di Blok Masela, yaitu skema kilang gas alam cair (LNG) terapung atau di lepas pantai (floating LNG/FLNG/offshore), dan skema pipa kilang gas di darat (onshore).

"Ini akan menjadi proyek gas terbesar di dunia, dan untuk itu memang perlu kesabaran untuk memutuskan. Karena keputusannya tidak boleh salah. Suasana Ratas sangat dinamis, sangat hangat. Presiden sangat senang dengan apa yang terjadi," demikian Pramono Anung.

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2016