Ramallah (ANTARA News) - Pasukan Israel meninggalkan Nablus, Kamis, setelah lima hari melakukan operasi penggerebekan di kota Tepi Barat bagian utara itu yang menewaskan satu orang dan menangkap sejumlah gerilyawan, kata beberapa pejabat dan saksi mata Palestina. Namun, seorang jurubicara militer Israel tidak bersedia mengkonfirmasi apakah operasi yang bersandi "Warm Winter" itu, yang merupakan operasi terbesar di Tepi Barat dalam beberapa bulan ini, telah berakhir. Kendaraan-kendaraan lapis baja dan jeep militer Israel sudah pergi pada pagi hari, namun sejumlah pasukan masih berada di wilayah itu dan mengepung beberapa bangunan di pusat kota untuk mencari gerilyawan yang diburu, lapor DPA. Pasukan tersebut kemudian juga pergi pada hari itu setelah mendapati bangunan-bangunan kosong, kata saksi mata, yang menambahkan bahwa tidak ada prajurit Israel terlihat di kota tersebut pada sore hari. Toko dan bisnis di pusat kota Nablus "rusak serius" selama operasi itu setelah dipaksa buka oleh para prajurit ketika mereka memeriksa daerah tersebut, kata Mayor Adli Yaish kepada Radio Suara Palestina. Beberapa bangunan juga berlubang-lubang terkena peluru dan sejumlah jalan rusak akibat perangkat berat militer Israel. Israel menyatakan, mereka meluncurkan operasi itu Minggu pagi dengan menyebut Nablus sebagai pusat kegiatan militan terbesar di Tepi Barat. Menurut negara Yahudi tersebut, 117 penyerang bom bunuh diri potensial yang ditangkap pada 2006 berasal dari kota Tepi Barat itu, yang menjadi markas Brigade Syuhada al-Aqsa, sayap bersenjata partai Fatah kubu Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Kelompok-kelompok garis keras lain, Jihad Islam dan Front Rakyat bagi Pembebasan Palestina (PFLP), juga aktif di kota tersebut. Militer Israel menyatakan, sembilan dari 11 sabuk bom yang dilacak dalam enam bulan terakhir juga berasal dari Nablus. Pasukan Israel sebenarnya sudah meninggalkan kota itu Selasa namun kembali lagi untuk melakukan operasi tersebut pada hari berikutnya.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007