Jakarta (ANTARA News) - Indonesia menempati peringkat ke-60 Indeks Daya Saing Perjalanan dan Wisata (TTCI) dari 124 negara yang disurvei oleh Forum Ekonomi Dunia (WEF) yang berbasis di Jenewa, Swiss, demikian Laporan Daya Saing Perjalanan dan Wisata 2007 yang diumumkan di Jenewa, Kamis. Menurut WEF, TTCI bertujuan untuk mengukur faktor-faktor dan kebijakan yang dibuat untuk pengembangan sektor perjalanan dan pariwisata di negara-negara yang berbeda dengan mengunakan 13 ukuran Ukuran tersebut antara lain kebijakan peraturan dan regulasi, regulasi lingkungan, keselamatan dan keamanan, kesehatan dan hygiene, privatisasi perjalanan dan wisata serta infrastruktur transportasi. Swiss menempati urutan teratas peringkat tersebut, diikuti Austria, Jerman, Islandia, dan Amerika Serikat. Lima negara lainnya yang masuk kelompok sepuluh teratas adalah Hong Kong, Kanada, Singapura, Luxembourg dan Inggris. Sementara urutan terbawah dari daftar peringkat itu diduduki Chad. Di antara negara-negara di kawasan Asia, peringkat Indonesia tampak lebih baik dibandingkan dengan Pakistan ke-103, Kamboja ke-96, Vietnam ke-87, Filipina ke-86, China ke-71, Kuwait ke-67 dan India ke-65. Indonesia berada satu peringkat di bawah Brasil ke-59 dan satu peringkat di atas Serbia dan Montenegro ke-61. Namun posisi Indonesia masih kalah dibanding negara Asia lainnya, seperti Bahrain ke-47, Thailand ke-43, Korea Selatan ke-42, Qatar ke-36, Malaysia ke-31, China Taiwan ke-30, Jepang ke-25 dan Uni Emirat Arab ke-18. Negara lainnya yang berperingkat cukup baik adalah Denmark ke-11, Perancis ke-12, Australia ke-13, Selandia Baru ke-14, Sepanyol ke-15, Finlandia ke-16 dan Swedia ke-17. Posisi TTCI Indonesia di urutan ke-60 diperoleh dari sub indeks kerangka kerja regulator di peringkat ke-52, lingkungan bisnis dan infrastruktur ke-68 dan sumber daya alam, manusia dan budaya ke-56 WEF menyebutkan daya saing perjalanan dan wisata nasional telah menjadi sebuah sektor kunci dalam ekonomi dunia dan menjadi sumber dari pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di banyak negara. Pada 1950 hingga 2004 penerimaan parawisata internasional telah meningkat dari 2,1 miliar dolar AS menjadi 622,7 miliar dolar AS, dan pada 2006 sektor perjalanan dan pariwisata mencatat 10,3 persen dari produk domestik bruto (PDB) dunia. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007