Makassar (ANTARA News) - Lima Polda di Sulawesi bekerjasama untuk memburu delapan orang Daftar Pencarian Orang (DPO) yang menjadi tersangka kasus teror dan kerusuhan di Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng) yang hingga kini belum tertangkap, kata Kapolda Sulsel, Irjen Pol. Aryanto Boedihardjo. "Sekarang ini, lokasi ancaman teroris di Sulawesi banyak terjadi di Poso namun tidak menutup kemungkinan aksi teror akan berkembang di daerah lain kalau pelaku-pelaku teror Poso yang masih buron itu belum tertangkap," ujar Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan (Kapolda Sulsel) itu seusai menutup Rapar Koordinasi (Rakor) Kapolda se-Sulawesi di Makassar, Jumat. Namun, Aryanto menolak menyebutkan identitas delapan DPO tersangka kasus teror/kerusuhan di Poso tersebut. Menurut dia, Sulawesi berbatasan dengan Filipina dan Malaysia, serta memiliki jalur transportasi langsung dengan kedua negara tersebut, sehingga perlu pengawasan ketat untuk mencegah keluar masuknya pelaku-pelaku kejahatan. Dalam rapat koordinasi tersebut, kata Aryanto, kasus Poso tidak dibicarakan secara spesifik, tetapi yang intens dibicarakan adalah dampak kasus teror di Poso ke daerah lain, karena Poso terletak di jantung Sulawesi. "Sulawesi merupakan satu pulau utuh dan sesuai dengan pembagian zona dari Mabes Polri, Sulawesi ini ada dalam zatu zona, sehingga kita perlu melihat permasalahan yang ada, serta ancaman di Sulawesi," ujarnya. Ia menambahkan, rapat koordinasi ini penting agar mana kala terjadi ganguan keamanan yang mengancam sulawesi, bisa lakukan kegiatan operasional secara bersama-sama. Ancaman yang menonjol di Sulawesi, menurut dia, yakni kejahatan transnasional yang mencakup terorisme dan narkoba, serta menjadi inti pembicaraan dalam Rakor Kapolda se-Sulawesi yang berlangusung selama dua hari tersebut. Para Kapolda se-Sulawesi, dikatakannya, akan menyelidiki lebih mendalam ada tidaknya jaringan terorisme internasional beraktivitas di pulau tersebut. Rakor tersebut melibatkan Kapolda Sulut, Brigjen Pol. Yacobus Jacki Uly, Kapolda Sultra, Brigjen Pol. Anang Juwono, Kapolda Sulteng, Brigjen Pol. Badrodin Haiti, dan Kapolda Gorontalo, Brigjen Pol. Hendra Sukmana. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007