Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden, M. Jusuf Kalla, menilai para dokter di Indonesia terlalu lelah dalam bekerja, karena jumlah dokternya sedikit, padahal jumlah pasiennya banyak, sehingga ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. "Beliau melihat dokter Indonesia ini terlalu lelah dalam bekerja, dan menurut Wapres hal itu terjadi karena jumlah dokter sedikit, sedangkan jumlah pasien terlalu banyak," kata Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Fachmi Idris, usai bertemu Wapres di Jakarta, Jumat. Menurut Fachmi, karena kelelahan tersebut, maka ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Untuk itu, tambah Fachmi, Wapres Kalla menyarankan, agar dikembangkannya sistem rujukan yang lebih baik. "Artinya, kalau memang kita bisa hitung dengan baik, sebetulnya jam kerja dokter ini bagusnya berapa jam. Dan, dari jam berapa kemudian setiap jamnya kira-kira berapa pasien. Itu saran beliau," kata Fachmi mengutip penjelasan Wapres. Selain masalah tersebut, menurut dia, Wapres juga menyarankan soal pendidikan kedokteran, karena saat ini untuk pendidikan dokter spesialis setidak-tidaknya dibutuhkan sekira Rp400 juta hingga Rp500 juta per dokter, dan belum ditambah sejumlah biaya lainnya. "Dari sisi ini, kami takut dengan tren yang ada sekarang, ya dokter mengembalikan investasinya. Saya berapa masuk, habis satu miliar ya itu kembali dulu," kata Fachmi. Dalam persoalan pendidikan ini, Wapres meminta pandangan IDI berapa sebenarnya biaya pendidikan dokter tersebut. "Kalau memang dibutuhkan, ya mestinya negara dengan anggaran pendidikan 20 persen itu, kasih untuk pendidikan ini. Dengan begitu, masalah kedokteran dan pembiayaan pendidikannya bisa diselesaikan," kata Fachmi mengutip pendapat Wapres. Saat ini di Indonesia terdapat sekira 30.000 dokter umum, sedangkan rasio untuk dokter yang wajar adalah satu berbanding 2.500 penduduk. Dengan demikian, ia mengemukakan, setidak-tidaknya dibutuhkan 80.000 dokter umum di Indonesia, sehingga hingga kini masih terdapat kekurangan 30.000 dokter umum. Sementara itu, ia menyatakan, lulusan fakultas kedokteran dari seluruh universitas di Indonesia sekira 4.500 orang hingga 5.000 orang calon dokter per tahun, dan hanya 50 persen yang akhirnya menjadi dokter. "Selebihnya tidak terserap," demikian Fachmi Idris. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007