Jakarta (ANTARA News) - Menlu Australia Alexander Downer berharap pertemuan tingkat menlu di subkawasan mengenai kontra-terorisme dapat menghasilkan langkah nyata dalam upaya melindungi kawasan dari ideologi berbahaya yang digunakan teroris untuk membenarkan tindakan mereka dan memenangi dukungan dari kelompok rentan. Pernyataan itu dikemukakan oleh Downer di Jakarta, Senin, ketika membuka konferensi enam negara yang terkena dampak paling besar dari ancaman dan tindakan terorisme di subkawasan yakni Indonesia, Australia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Singapura, yang berlangsung 5-6 Maret 2007. "Saya berharap kami dapat sepakat mengenai sejumlah upaya nyata (dalam mengatasi propaganda ideologi berbahaya kelompok teroris untuk membenarkan tindakan mereka dan memenangkan dukungan kelompok rentan)," katanya. Menurut dia, kelompok teroris akan melanjutkan upaya mereka untuk menyebarkan ideologi berbahaya dan mencari cara untuk merekrut anggota-anggota baru, tidak hanya di kawasan namun secara global. "Mereka memanipulasi dan mengeksploitasi konflik global, kesulitan ekonomi dan sosial untuk mengumpulkan dukungan dan membenarkan tindakan mereka," ujarnya. Dikatakan juga, kelompok teroris tidak akan pandang bulu dalam melancarkan serangan dan menyerang siapa pun juga yang tidak setuju dengan ideologi berbahaya mereka. "Di wilayah kami, kelompok teroris mengklaim mewakili kelompok Islam namun bertolak belakang dengan itu..., mereka mengancam baik warga muslim ataupun non-muslim," katanya. Toleransi Downer juga mencontohkan mengenai kemungkinan sejumlah peristiwa yang akan terjadi jika ideologi berbahaya kelompok terorisme merasuk dalam masyarakat, antara lain adalah tidak adanya tolerasi akibat perbedaan pendapat dan keyakinan, yang dapat berujung pada perusakan cagar budaya. Pada kesempatan itu, Downer juga mengingatkan enam negara tersebut telah mencatat sukses gemilang dalam memerangi terorisme, jauh lebih baik dari kawasan lainnya. "Polisi Indonesia dan para jaksanya telah sukses menahan dan menuntut lebih dari 170 teroris sejak 2000, termasuk mereka yang bertanggung jawab dalam serangan Bom Bali 2002 dan 2005, serangan di Hotel JW Marriott dan Kedutaan Besar Australia," katanya. Filipina, lanjut dia, juga telah menunjukkan sejumlah keberhasilan signifikan dalam beberapa bulan terakhir sebagai hasil dari operasi militer di sekitar Pulau Jolo. Australia, kata dia, menyambut baik Konvensi Kontra-Terorisme ASEAN yang ditandatangani di Cebu Januari lalu dan berharap konvensi itu dapat menghasilkan suatu kerangka kerja yang nyata di kawasan. Downer juga berharap pertemuan itu enam negara peserta dapat sepakat untuk bekerja sama guna mencegah terorisme nonkonvensional, dengan cara meningkatkan penegakan hukum dan kerja sama intelejen serta bereaksi terhadap serangan terorisme massal. Sementara itu, pada kesempatan sebelumnya Direktur Keamanan Internasional Deplu RI, Desra Percaya mengatakan bahwa konferensi itu tidak diselenggarakan untuk mengatasi suatu organisasi teroris tertentu, serta tidak akan membahas kasus per kasus namun lebih secara global. "Pada pertemuan itu akan dibahas langkah-langkah dan cara-cara untuk mengembangkan dan memperkuat kerjasama pencegahan terorisme yang ada dan untuk membahas tantangan-tantangan baru yang dihadapi negara-negara di subkawasan sebagai bagian dari upaya-upaya kawasan dan global yang lebih luas dalam memberantas ancaman dan tindakan terorisme," katanya. Desra juga mengatakan selain membahas sisi kebijakan memerangi terorisme dalam konferensi itu juga akan hadir pimpinan kepolisian dari enam negara peserta yang akan berbagi pengalaman dalam mengatasi aksi teror di negara masing-masing. Konferensi tersebut merupakan ide Menlu Indonesia dan Menlu Australia sehingga diketuai bersama Menlu Hassan Wirajuda dan Menlu Alexander Downer dan dihadiri Menlu Malaysia, Filipina, Thailand, serta Menteri Senior Singapura. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007