Jakarta (ANTARA News) - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi menyatakan, lapisan tanah lapuk di lokasi musibah longsor Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), tipis sehingga memudahkan lahan untuk bergerak dan menjadi longsor. "Pemicu utamanya sendiri akibat hujan lebat, hingga lapisan tanah tipis itu mudah tergerus atau tererosi," kata Kepala PVMBG, Dr Surono, yang dihubungi ANTARA News di Jakarta, Senin. Dari hasil penelitian tim PVMBG di lapangan, ia menyebutkan tanah yang jenuh air itu juga dapat berkembang menjadi banjir bandang. Terlebih lagi, kata dia, geografis di wilayah tersebut memiliki kemiringan sedang hingga terjal. "Kemudian banyak pemukiman dan aktifitas penduduk di sekitar tebing sedang hingga terjal," katanya. Sebelumnya, ia juga menyatakan biasanya lahan di daerah yang kemiringan sedang dan terjal itu cukup subur hingga mengundang warga untuk tinggal di daerah sana. Namun, ia mengemukakan warga tidak sadar akan bahayanya tinggal di daerah rentan tanah longsor, dan kejadian itu selalu terjadi pada malam hari saat warganya tengah terlelap tidur. "Tinggal di daerah subur itu memang nikmat, namun bahaya terus mengintip dan kejadian tanah longsor sering terjadi pada malam hari," katanya. Sementara itu, PVMBG sendiri telah mengirimkan tim penelitian ke lokasi sejak Minggu (4/3) untuk mengetahui secara pasti penyebab musibah tanah longsor yang menelan puluhan korban tewas. Sebelumnya dilaporkan, upaya pencarian korban bencana tanah longsor dan banjir di sejumlah lokasi di wilayah Kabupaten Manggarai Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sejak 1-3 Maret terus dilakukan dan sampai saat ini sudah 29 jenazah yang ditemukan, sementara 47 orang dilaporkan hilang. "Data ini diperoleh dari berbagai sumber di Kabupaten Manggarai untuk dilaporkan kepada Gubernur," kata Sekretaris Satuan Koordinasi Pelaksana (Satkorlak) Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (PBP) Provinsi NTT, Drs Sentianus Medi, MSi, di Kupang, Minggu. Bencana tanah longsor akibat hujan deras yang terus mengguyur wilayah bagian barat Pulau Flores itu, melanda Kampung Wotok Desa Riung, Kampung Perak dan Dusun Gapong, Kecamatan Cibal Kabupaten Manggarai. Semula, dilaporkan sebanyak 34 orang tewas dalam peristiwa itu meskipun baru 12 jenazah yang ditemukan. Kini, telah ada 26 jenazah dan 14 orang lainnya dilaporkan hilang, sehingga total korban tewas dan hilang mencapai 40 orang. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007