Jakarta (ANTARA News) - Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai bahwa tren kebijakan suku bunga rendah bahkan negatif di negara maju akan membuat investasi di pasar saham domestik secara jangka panjang menjadi menarik bagi pemodal asing.

"Tren di negara maju saat ini suku bunga acuannya sedang diturunkan. Di Jepang, suku bunga deposito minus 0,5 persen. Theoretically, akan membuat pasar saham kita kompetitif," ujar Direktur Utama BEI Tito Sulistio di Jakarta, Senin.

Ia mengemukakan bahwa secara historis, dalam 10 tahun terakhir kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) di BEI naik sekitar 307 persen. Fakta itu, sebenarnya juga dapat menarik minat investor masuk ke pasar saham domestik, terlebih saat negara tujuan investasi seperti kebanyakan negara maju sedang lesu akibat suku bunga rendah.

Tito Sulistio menambahkan bahwa seandainya dana asing di tengah tren bunga rendah negara maju itu tidak mengalir ke dalam negeri, maka dana investasi di Indonesia akan tetap meningkat melalui kebijakan pengampunan pajak atau "tax amnesty".

"Dari data yang ada, orang Indonesia yang belum melaporkan dananya itu sekitar Rp6.000-Rp7.000 triliun. Kalau asumsi bisa masuk saja Rp2.000 triliun, perbankan juga tidak kuat menampung. Kalau sekadar mengendap kan malah menjadi cost," paparnya.

Dengan demikian, lanjut dia, pasar modal berpotensi menampung dana itu salah satunya melalui reksa dana. Saat ini, pemerintah sedang mengupayakan untuk menambah penerimaan dengan mengusulkan RUU Pengampunan Pajak agar dana para Wajib Pajak yang berada di luar negeri bisa dilaporkan kembali ke Indonesia dan dipungut pajaknya.

"Jangan sampai dana itu masuk ke Indonesia hanya sekedar laporan. Karenanya kalau tidak salah bisa masuk ke bank, obligasi, sukuk, dan semoga bisa masuk ke reksa dana," katanya.

Tito Sulistio meyakini bahwa jika sebagian dana dari luar negeri itu masuk ke reksa dana maka iklim investasi dan bisnis di pasar modal Indonesia bisa semakin positif. Di sisi lain, dana untuk membangun proyek infrastruktur yang dicanangkan pemerintah juga akan bertambah.


Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2016