Singapura (ANTARA News) - Para analis menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Singapura tahun ini dari 2,2 persen menjadi 1,9 persen, karena sektor manufaktur, keuangan dan asuransi, diperkirakan mengalami kontraksi lebih lanjut, demikian menurut survei kuartalan terbaru Otoritas Moneter Singapura (MAS).

Menurut survei yang dirilis Rabu, yang meminta pendapat 24 analis yang memonitor perekonomian Singapura, sektor manufaktur diperkirakan mengalami kontraksi 2,7 persen tahun ini, lebih buruk dari perkiraan kontraksi 1,2 persen pada survei sebelumnya.

Para analis juga memangkas perkiraan pertumbuhan untuk sektor keuangan dan asuransi dari 5,9 persen dalam survei Desember menjadi 3,6 persen dalam survei saat ini.

Namun, mereka menunjukkan kepercayaan di sektor konstruksi, yang mereka perkirakan akan tumbuh 2,6 persen, lebih tinggi dari 1,2 persen pada survei sebelumnya.

Secara keseluruhan, analis memperkirakan PDB akan mengalami ekspansi sebesar 2,5 persen pada tahun ini. Hal ini sejalan dengan perkiraan oleh Departemen Perdagangan dan Investasi pada Februari, yang mengatakan ekonomi Singapura diperkirakan akan tumbuh pada kecepatan moderat 1,0 persen sampai 3,0 persen di 2016.

Untuk inflasi, para analis memperkirakan Indeks Harga Konsumen Semua Produk datang di minus 0,2 persen, jauh lebih rendah dari pertumbuhan 0,5 persen pada survei Desember.

Inflasi inti, yang tidak termasuk akomodasi dan biaya transportasi pribadi, diharapkan tumbuh 0,8 persen, juga kurang dari satu persen pada survei sebelumnya.

Ekonomi Singapura tumbuh dua persen pada tahun lalu, laju paling lambat sejak 2009, demikian laporan Xinhua.

(Uu.A026)

Editor: Heppy Ratna Sari
COPYRIGHT © ANTARA 2016